
Dengan kata lain, Islam menolak sikap menyendiri dan berusaha mendidik manusia agar pemikiran dan amal perbuatannya bermanfaat bagi masyarakat dan mampu memberikan solusi. Dalam pandangan Islam, seorang muslim yang memisahkan dirinya dari masyarakat memiliki kekurangan dalam keberagamaannya. Perhatian kepada sesama manusia dan berperan aktif dalam aktivitas sosial sangat urgen dalam pandangan agama. Sedemikian pentingnya sehingga dalam ibadah puasa yang tampaknya sangat individualistik juga mementingkan dimensi sosial.
Imam Sajjad as di sebagian doa-doa yang berhubungan dengan bulan Ramadhan saat bermunajat kepada Allah swt beliau mengatakan, "Ya ilahi, beri kami kesempatan di bulan ini untuk berbuat baik kepada keluarga dan mengunjungi mereka. Beri kami kesempatan untuk berderma kepada tetangga. Beri kami kesempatan untuk menyucikan harta yang telah bercampur lewat cara yang tidak benar dengan mengeluarkan zakat. Beri kami kesempatan untuk menyambung tali silaturahim dengan mereka yang memutuskan hubungannya dengan kami..."
Kandungan doa Imam Sajjad as lebih banyak membicarakan pentingnya persaudaraan dan solidaritas. Mengunjungi keluarga dan berbuat baik kepada mereka merupakan perbuatan baik berdimensi sosial yang sangat ditegaskan oleh Islam. Perbuatan baik ini dalam Islam disebut "silaturahim". Barang siapa yang melakukan silaturahim akan melihat dampak positifnya di dunia dan pahala yang banyak di akhirat. Hubungan dengan para tetangga dan berderma kepada mereka, khususnya bila mereka miskin merupakan aksi-aksi sosial yang sudah banyak dilupakan manusia sibuk masa kini. Membantu orang lain dan mengambil hati mereka selain menggembirakan Allah juga mampu menyelesaikan masalah orang lain dan memperkokoh rasa solidaritas sosial.
Membersihkan harta dari tambahan yang tidak benar merupakan tema lainnya yang berhubungan erat dengan kehidupan sosial. Karena harta dan kekayaan seseorang dihasilkan lewat kerja di masyarakat. Dalam upaya ini mungkin saja seseorang melanggar hak-hak orang lain dengan melakukan monopoli, menjual lebih mahal atau cara tidak benar lainnya. Dengan cara tidak benar harta seseorang bertambah. Oleh karenanya, penting untuk mencegah aktivitas ekonomi yang merusak. Dengan mengeluarkan khumus dan zakat seseorang menyucikan hartanya dan memberikannya kepada mereka yang berhak. Perbuatan ini memberikan berkah kepada hartanya dan mendapat keridhaan Allah.
Menyambung hubungan kembali dengan mereka yang memutuskan hubungan dengan kita merupakan hal yang dipentingkan oleh Imam Sajjad as. Perbuatan ini mampu menumbuhkan kembali benih-benih cinta kepada orang lain. Memperbaiki friksi yang terjadi antara sahabat menyebabkan hati mereka menjadi dekat kembali. Imam Sajjad as di akhir doanya meminta hal lain kepada Allah. Beliau mengatakan, "Ya ilahi, beri kami kesempatan agar berbuat adil kepada orang yang berbuat zalim kepada kami. Beri kami kesempatan untuk bersahabat dengan orang yang memusuhi kami, kecuali mereka yang yang menjadi musuh kami atas perintah-Mu."
Ada sekelompok orang yang berbuat zalim dengan menguasai harta orang lain secara ilegal atau merusak ketenangan masyarakat. Ada juga pemerintahan zalim yang membahayakan kebebasan dan kemerdekaan bangsanya. Di pelbagai rentang sejarah masyarakatlah yang menjadi target aktivitas mereka guna menguasai masyarakat. Kelompok-kelompok zalim ini jelas-jelas menistakan keadilan sosial dan menyebabkan munculnya diskriminasi di tengah-tengah masyarakat. Orang-orang semacam ini adalah musuh Allah. Di sini, mereka yang berpuasa, selain beribadah dan bermunajat juga harus bangkit melawan orang-orang zalim dan berusaha menciptakan keadilan di tengah-tengah masyarakat . (Ama@irib)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar