Selasa, 22 September 2009

Pertemuan Rahbar dengan Pejabat Negara dan Dubes Negara Sahabat di Hari Idul Fitri

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei hari ini ‎‎(20/9) dalam pertemuan dengan para pejabat negara, duta besar negara-negara sahabat dan ‎masyarakat umum menyampaikan ucapan selamat hari Raya Idul Fitri. Dalam pembicaraannya, ‎beliau menyebut hari raya dan peringatan-peringatan besar Islam khususnya Idul Fitri sebagai ‎peluang yang sangat baik untuk meninjau kembali potensi dan kapasitas yang dimiliki umat Islam ‎saat ini dan di masa mendatang, seraya menimbang kekurangan dan kelemahan yang ada. ‎
Beliau mengatakan, "Keperluan paling mendesak bagi umat Islam dan negara-negara Muslim ‎saat ini adalah kembali ke jalan yang lurus dan supremasi hukum Islam. Dengan memanfaatkan ‎segala potensi dan kekuatan politik dan geografis seiring dengan menjaga persatuan dan ‎solidaritas, umat ini dapat berdiri tegak menghadapi musuh-musuhnya. Dengan itu, umat Islam ‎akan meraih kembali kemuliaan, kekuatan dan kemajuannya."‎

Menurut Rahbar, rakyat Iran adalah contoh nyata dari sebuah bangsa yang meraih kemuliaannya ‎dengan menegakkan Islam. Seraya mengingatkan kembali kondisi bangsa Iran sebelum ‎kemenangan revolusi Islam dan pemerintahan yang ada di tangan keluarga Pahlevi yang ‎mendukung rezim Zionis Israel, beliau mengatakan, "Berkat revolusi Islam dan kedaulatan Islam ‎di negeri ini, bangsa Iran sekarang berdiri di barisan terdepan dalam melawan rezim Zionis. ‎Bangsa Iran kini bangga dengan resistensi dan perlawanannya menghadapi kaum tiran yang ‎paling bengis dan arogan di dunia."‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa berkat kedaulatan Islam yang tegak di negeri ‎ini, Iran berhasil mengukir kemajuan besar di kancah ilmu dan meraih martabat terhormat di ‎panggung politik dunia. "Pemerintahan Islam di Iran tak pernah mengklaim telah melaksanakan ‎seluruh hukum Islam. Akan tetapi dengan sebatas hukum Islam yang berhasil dilaksanakannya, ‎bangsa Iran telah menyaksikan sendiri barakah dan hasilnya. Ini dapat menjadi teladan yang riil ‎bagi umat Islam," tambah beliau. ‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyinggung kondisi umat Islam yang mengalami krisis solidaritas ‎dan persatuan. "Kondisi ini dimanfaatkan oleh musuh," sergah beliau. Jika umat Islam bersatu ‎dan mengerahkan segenap kapasitas politik dan geografisnya, kata beliau menambahkan, tentu ‎kondisi bangsa Palestina dan warga Gaza tidak akan seperti saat ini. Tak akan ada yang bisa ‎memaksakan kehendak terhadap negara-negara Islam.‎

Rahbar menegaskan, dalam kondisi seperti sekarang ini, jika ada lontaran kata-kata yang ‎menohok kaum zionis, musuh akan memelintirnya untuk kemudian menuduh bahwa ada pihak-‎pihak tertentu yang berusaha menghancurkan sebuah negara anggota Perserikatan Bangsa-‎bangsa. ‎

Beliau menambahkan, "Rezim Zionis Israel adalah sebuah negara palsu yang dibentuk dengan ‎menghancurkan sebuah bangsa. Para pengaku pembela hak asasi manusia sengaja menutup ‎mata dari kejahatan dan kezaliman yang terjadi di hadapan mereka ini."‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyinggung kebohongan media massa Barat yang menyebut ‎Iran berupaya menghancurkan Israel dengan mesin perang. Beliau mengatakan, "Untuk ‎menyelesaikan krisis Palestina, Republik Islam Iran telah mengajukan prakarsa yang logis dan ‎manusiawi."‎

Rahbar mengungkapkan, sesuai ajaran Al-Qur'an dan hukum Islam Republik Islam Iran ‎menganut prinsip membela yang tertindas. "Hal inilah yang menjadi faktor utama yang memicu ‎kebencian arogansi dunia terhadap Republik Islam," jelas beliau. ‎

Islamfobia dan Iranfobia, disebut Rahbar sebagai dua agenda arogansi dunia, khususnya Amerika ‎Serikat (AS). Tujuannya adalah untuk mencegah terwujudnya persatuan dan solidaritas dunia ‎Islam. Beliau mengatakan, "Pemerintahan AS sebelum ini telah melakukan banyak hal yang ‎menyudutkan dunia Islam dan Iran. Pemerintahan saat ini pun meski menggunakan bahasa dan ‎retorika yang sekilas nampak bersahabat, namun tetap berjalan dengan agenda yang sama yaitu ‎menyebarkan Islamfobia dan Iranfobia."‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menjelaskan bahwa para pejabat AS berulang kali mengklaim ‎bahwa roket-roket Iran mengancam keamanan. "Klaim seperti tak lebih dari tudingan tanpa ‎dasar dan bagian dari agenda Iranfobia. Padahal, Republik Islam Iran selama 30 tahun terakhir ‎tidak pernah menginvasi negara lain. Dalam kebijakannya, Iran menganut prinsip kerjasama dan ‎hubungan bersahabat dengan negara-negara Islam dan kawasan. Iran meyakini hubungan yang ‎benar dan logis dengan negara-negara yang tidak mengganggunya," ungkap beliau.‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan bahwa pemerintahan Islam tak akan pernah tinggal ‎diam menyaksikan gangguan terhadap pemerintah dan rakyat Iran.‎

Tuduhan asing yang menyebutkan bahwa Iran berusaha mengembangkan senjata nuklir disebut ‎Rahbar sebagai kebohongan nyata terhadap pemerintahan Islam. Beliau mengatakan, "Republik ‎Islam Iran berdiri di atas landasan ajaran agama Islam yang melarang pembuatan dan ‎penggunaan senjata nuklir. Iran komitmen dengan ajaran ini. Hal itu sebenarnya telah diketahui ‎dengan baik oleh para pejabat AS. Namun demikian mereka terus menerus melontarkan tuduhan ‎seperti itu dengan tujuan untuk menciptakan Iranfobia."‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menandaskan, AS sudah seharusnya mengubah kebijakannya itu. ‎Bangsa Iran cukup cerdas dan memantau dengan cermat permusuhan AS dan akan tegar ‎melawannya. "Republik Islam Iran tak akan pernah mundur menghadapi ancaman dan ‎gangguan," tegas beliau.‎

Beliau lebih lanjut mengungkapkan bahwa Islam dan Imam Khomeini (ra) telah mengajarkan ‎untuk melawan musuh serta mengerahkan segenap kemampuan dan potensi untuk meraih ‎kemajuan ilmu dan mewujudkan kehormatan Islam. "Bangsa Iran dan para pemuda di negeri ini ‎telah menyerap pelajaran itu dan mengamalkannya secara nyata. Ke depan pun keadaannya ‎akan seperti itu."‎

Di awal pertemuan tersebut, Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad dalam kata ‎sambutannya menyampaikan ucapan selamat hari raya Idul Fitri. Dikatakannya bahwa umat ‎manusia saat ini menghadapi kesulitan karena telah menjauh dari ajaran tauhid dan ‎meninggalkan jejak para nabi. "Jalan yang digariskan oleh para nabi, khususnya Nabi Muhammad ‎SAW adalah jalan ketuhanan, amal saleh, ketaqwaan, tegar menghadapi kezaliman dan ‎ketidakadilan, pembelaan kebenaran dan kaum tertindas, serta perjuangan dan pengorbanan. ‎Kunci keselamatan satu-satunya bagi umat manusia adalah dengan melangkah secara nyata di ‎jalan ini," katanya.‎

Ahmadinejad lebih lanjut menyinggung pawai akbar rakyat Iran pada hari Al-Quds Sedunia di hari ‎Jum'at terakhir bulan suci Ramadhan, seraya mengatakan, "Dengan partisipasinya yang besar ‎pada pawai akbar hari Al-Quds, bangsa Iran sekali lagi menunjukkan keagungan, kekuatan, dan ‎loyalitasnya kepada jalan yang dirintis Imam Khomeini dan nilai-nilai revolusi Islam."‎




Tidak ada komentar:

Posting Komentar