
Agar tiada orang yang mengira bahwa terdapat masalah yang tidak jelas, Imam Husain bin ‘Ali al-Syahid as mengemukakan berbagai alasan yang indah. Beliau keluar menemui mereka (para musuh Allah yang mengepung dan lalu membantai beliau bersama keluarga dan sahabatnya) di Padang Karbala; mengendarai kuda milik Rasulullah saww dan memegang Mushaf (al-Quran) serta mengangkatnya di atas kepala, lalu berdiri menghadap kaumnya itu dan berkata,
“Hai kaumku! Sesungguhnya antara aku dan kalian semua terdapat Kitabullah dan sunnah kakekku, Rasulullah saww. Semoga Allah Swt merahmati kalian; apakah kalian mengenaliku?”
Mereka menjawab, “Engkau adalah cucu Rasulullah saww.”
Sang Imam kembali bertanya, “Apakah kalian tahu bahwa kakekku adalah Rasulullah saww?”
“Ya,” jawab mereka.
Sang Imam bertanya lagi, “Apakah kalian tahu bahwa ayahku adalah Ali bin Abi Thalib as?”
“Ya,” jawab mereka.
Sang Imam kembali bertanya, “Apakah kalian tahu bahwa nenekku adalah Khadijah binti Khuwailid?”
“Ya,” jawab mereka.
Sang Imam bertanya lagi, “Apakah kalian tahu bahwa pemimpin para syuhada adalah Hamzah, paman ayahku?”
“Ya,” jawab mereka.
Sang Imam bertanya lagi, “Apakah kalian tahu bahwa orang yang terbang di surga adalah pamanku, Ja’far?”
“Ya,” jawab mereka.
Sang Imam bertanya lagi, “Apakah kalian tahu bahwa ini adalah pedang Rasulullah saww, yang sedang kuhadapkan ke arah kalian?”
“Ya,” jawab mereka.
Sang Imam bertanya lagi, “Apakah kalian tahu bahwa Ali adalah lelaki pertama yang memeluk Islam, yang paling pintar dan paling santun di antara mereka, serta pemimpin semua orang mukim, baik laki-laki maupun perempuan?”
“Ya,” jawab mereka.
Sang Imam bertanya lagi, “Lalu mengapa kalian menghalalkan darahku, sedangkan ayahku adalah seorang pembela, seperti unta yang sedang mengejar oase.”
Mereka berkata, “Kami telah mengetahui semua itu. Namun, kami tidak akan meninggalkanmu sebelum engkau merasakan mati dalam keadaan haus.”
Imam Husain bin ‘Ali al-Syahid as berkata, “Kalian semua celaka dan menyedihkan. Bukankah ketika kalian meminta tolong kepada kami dalam keadaan menderita, lalu kami menolong kalian dengan senang hati? Kalian menghunuskan pedang di tangan kanan kalian kepada kami. Kalian nyalakan api kepada kami; api yang telah kami nyalakan untuk musuh kami, hingga kalian bersatu dengan musuh-musuh kalian untuk mengalahkan teman-teman kalian, tanpa keadilan yang telah kutebarkan kepada kalian, dan tanpa harapan bagi kalian yang ada pada mereka. Celakalah kalian... Apakah kalian mendukung mereka dan meninggalkan kami?!”
“Benar, demi Allah Swt! Orang-orang terdahulu telah meninggalkan kalian, nenek moyang kalian membuatnya sedih, demikian juga keturunan kalian. Kalian adalah buah yang terburuk; menyedihkan bagi orang yang memandang, makanan bagi orang yang murka. Ketahuilah, anak haram putra anak haram terdapat pada dua hal: antara keranjang dan kehinaan, dan kehinaan sangat jauh dari kami! Semoga Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman melindungi kami atas hal demikian. Larangan yang dianggap baik dan suci; perbuatan melampaui batas yang dilindungi; jiwa-jiwa yang congkak; agar kami terpengaruh untuk taat kepada orang-orang yang tercela daripada gugur dalam keadaan mulia.”
Kemudian, Imam Husain bin ‘Ali al-Syahid as melantunkan syair:
Apabila kami menang, kami akan maju
Jika kami menang, tiada yang mengalahkan kami
Ketakutan tidaklah meredakan kami, tetapi
Kematian dan sebuah negara tujuan kami
Apabila kematian diangkat dari manusia
Jasadnya tetap ditinggalkan kepada orang lain
Maka para pemimpin akan binasa
Sebagaimana yang telah diperingatkan oleh masa lalu
Apabila kekuasaan itu kekal, kami juga akan kekal
Dan seandainya kemuliaan itu kekal, kami juga akan kekal
Katakan kepada mereka yang gembira akan kami,
Berkelanalah kalian!
Mereka akan berjumpa seperti yang kami jumpai.
Akhlak Imam Husain bin ‘Ali al-Syahid as sangat mulia; beliau menasihati musuh-musuhnya dan orang-orang yang akan membunuhnya. Pada hari Asyura (10 Muharram) dan setelah Ibn Sa’ad meyiapkan pasukannya untuk berperang, Sang Imam memanggil kuda tunggangannya, lalu mengendarainya.
Kemudian, beliau menyeru dengan suara lantang, yang didengar oleh sebagian besar mereka, “Wahai manusia! Dengarkanlah perkataanku! Jangan tergesa-gesa hingga aku menasihati kalian (tentang) apa yang semestinya kalian lakukan terhadapku, dan hingga aku meminta maaf kepada kalian dari orang-orang yang ada di hadapanku ini dan aku juga memaafkan kalian. Apabila kalian menerima permohonan maafku dan membenarkan perkataanku dan kalian memberikan sebagian pasukan kalian kepadaku, yang akan kami sempurnakan dengan jumlah itu, aku akan senang dan tiada lagi jalan bagi permusuhan di antara kita.
Segala puji bagi Allah Swt yang telah menciptakan dunia dan menjadikannya sebagai tempat yang fana dan lenyap, mengatur semua penghuninya dengan berbagai keadaan... Orang yang sombong karena kelengahannya, yang sengsara karena ujiannya. Janganlah kehidupan dunia ini memperdayakan kalian semua, karena ia akan memutuskan harapan orang yang bergantung kepadanya dan mengecewakan keinginan orang yang berhasrat kepadanya. Aku melihat kalian telah bersepakat atas suatu urusan yang membuat Allah Swt murka kepada kalian. Aku akan melawan kalian atas nama Zat Yang Maha Mulia dan menghalalkan kemarahan-Nya atas kalian serta kasih sayang-Nya akan menjauh dari kalian. Sebaik-baik majikan adalah Tuhan kami dan seburuk-buruk hamba adalah kalian. Kalian telah memutuskan untuk taat kepada-Nya dan beriman kepada Rasulullah saww, kemudian kalian mendatangi keluarga dan keturunannya untuk membunuhnya. Setan telah merasuki kalian hingga kalian lupa untuk mengingat Allah Yang Mahaagung. Oleh karena itu, celakalah kalian dan atas apa yang kalian inginkan. Sesungguhnya kami berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Mereka adalah kaum yang kafir setelah beriman, maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang zalim itu.
Wahai manusia, bukankah kalian telah mengetahui keturunanku, maka kembalilah kepada diri kalian dan ingatkanlah; lihatlah apakah dihalalkan bagi kalian untuk membunuhku dan merendahkan kehormatanku? Bukankah aku adalah putra dari putri Nabi kalian, putra dari pelindungnya yang juga sepupunya? Dialah lelaki yang pertama kali beriman kepada Allah Swt, yang membenarkan Rasul-Nya atas segala yang datang dari Tuhannya?! Bukankah Ja’far al-Thayyar adalah pamanku? Apakah sabda Rasulullah saww tentangku dan saudaraku (Hasan) tidak sampai kepada kalian: mereka berdua adalah dua orang pemimpin pemuda ahli surga?? Jika kalian membenarkanku bahwa yang aku katakan adalah haq, maka demi Allah, aku memang tidak berdusta sejak aku tahu bahwa hamba-Nya membenci keluarga Rasulullah saww dan menyerang orang yang membangkangnya. Jika kalian mendustakanku, maka sesungguhnya kalian memiliki orang yang jika kalian bertanya tentang hal itu kepadanya, maka (kalian) akan diberi tahu. Tanyakanlah kepada Jabir bin Abdullah al-Anshari, Abu Sa’id al-Khudri, Sahl bin Sa’ad al-Sa’idi, Zaid bin Aram, dan Anas bin Malik. Mereka akan memberitahukan kepada kalian bahwa mereka mendengar perkataan (hadis) tentang aku dan saudaraku tadi berasal dari Rasulullah saww. Bukankah hal ini (cukup) menghalangi kalian untuk menumpahkan darahku?
Jika kalian masih meragukan perkataan Rasulullah saww ini, apakah kalian menderita karena aku adalah anak dari putri Nabi kalian? Celakalah kalian! Apakah kalian akan menuntut balas kepadaku atas orang yang telah aku bunuh? Atau meminta harta kalian yang telah aku belanjakan atau ingin melakukan qishash atas luka yang kulakukan?!”
Lalu mereka diam tanpa banyak bicara kepada Imam Husain as, bahkan meninggalkannya begitu saja. Mereka lantas melepaskan anak panah mereka yang berbisa, justru setelah Imam Husain bin ‘Ali as melontarkan kata-kata hikmah dan nasihat yang baik kepada mereka.
Benarlah orang yang mengatakan:
Aku tak lupa ketika dia berdiri berpidato di hadapan mereka
Sedangkan mereka tidak memiliki orator
Dia menyeru, bukankah aku adalah anak dari putri Nabi kalian?
Dan pelindung kalian ketika waktu telah berganti?
Apakah aku membawa hal bid’ah dalam agama Nabi?
Atau aku meragukan dalam hukum-hukumnya?
Atau Nabi belum mewasiatkan kepada kita dan meninggalkan
Dua hal yang berat kepada kalian, keluarganya dan Kitabullah?
Selagi kalian belum mendekati Hari Akhir, maka kembalilah!
Apa yang kalian pertimbangkan lagi
Jika memang kalian orang gurun pasir?
Lalu mereka lepas kendali, tak memperhatikan nasihatnya
Hanya gigi dan anak panah saja sebagai jawaban
Dialah Umar bin Sa’ad, pimpinan para pengkhianat yang mengerahkan pasukan untuk menemui keluarga Rasulullah saww: membunuh para lelakinya, menawan para wanitanya, dan menakut-nakuti anak-anaknya.
Imam Husain bin ‘Ali al-Syahid as telah mengetahui niatnya, tetapi budi pekertinya selalu baik kepada setiap orang. Kita telah tahu bahwa dahulu ada seorang lelaki di dekatnya yang berkata, “Sesungguhnya kebaikan itu, apabila dilakukan oleh orang yang bukan ahlinya, maka akan sia-sia.”
Lalu Imam Husain as berkata kepada lelaki itu, “Tidak demikian, akan tetapi kebaikan itu adalah seperti jatuhnya hujan; mengenai orang saleh dan orang durhaka.”
Imam Husain as masih hidup beberapa tahun lamanya setelah mengucapkan perkataan itu, dan pada Hari Asyura beliau memanggil ‘Umar bin Sa’ad, yang lalu memenuhi panggilannya, padahal tidak suka mendatanginya. Lalu Sang Imam berkata, “Hai ‘Umar! Apakah engkau mengira engkau akan membunuhku, lalu engkau akan menguasai negeri Rayy dan Jurjan. Demi Allah, hal itu tidak berguna bagimu. Ini adalah sebuah janji yang tidak ada orang lain yang akan bahagia setelah aku mati, baik di dunia maupun di akhirat. Seakan-akan kepalaku berada di sebuah tempat yang dilempari oleh anak-anak di Kufah dan mereka menjadikannya sasaran.”
Lalu ‘Umar bin Sa’ad pergi dari hadapan Imam Husain bin ‘Ali al-Syahid as dengan murka.
Imam Husein bin ‘Ali al-Syahid as telah menasihatinya dan menyampaikan itu kepadanya. Dia beritahukan apa yang dia niatkan dan bagaimana keadaannya, serta apa yang akan terjadi padanya esok. Akan tetapi, nasihat yang indah itu tiada berguna bagi orang yang di hatinya telah terdapat kekafiran dan matanya telah tertutup akan Hari Akhir. Tiada lagi yang dipandangnya kecuali dunia; perasaannya telah mati, hatinya telah membeku. Bertindak sewenang-wenang hingga nuraninya menghilang karena sebuah keinginan yang tak diketahui benar atau tidaknya; yang tak bisa menahan diri untuk membunuh para kekasih Allah Swt dan orang-orang saleh; merendahkan kemuliaan.
Padahal, Imam Husain bin ‘Ali telah memberitahukan kepadanya bahwa apa yang mereka harapkan tidak akan berhasil. ‘Umar bin Sa’ad pun yakin bahwa keturunan Rasulullah saww tidak pernah dan tidak akan pernah berdusta. Namun jiwa yang tamak takkan pernah berhenti walau sesaat; terus mengatur di dalam dirinya lalu kembali kepada hal terdahulu. Sementara itu, Imam Husain as dan para pengikutnya telah berdiri pada tujuan yang benar. Hal ini dilakukan: Yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(al-Anfal: 42)
Nasihat
Rasulullah saww bersabda, “Tanda-tanda pemberi nasihat ada empat: menghukumi sesuatu dengan kebenaran, mengungkapkan kebenaran dari dirinya sendiri, menyukai orang-orang seperti menyukai dirinya sendiri, dan tidak bersikap berlebihan kepada siapapun.”
(Dikutip dari Buku "BERBAGAI KISAH DAN NASIHAT UNTUK JURU DAKWAH" Karya Syaikh Majid Nashir al-Zubaidi; Dâr al-Hâdî)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar