
Lalu beliau as menoleh kepadaku dan berkata: Demi Allah, Rasulullah saww telah memberitahu kita, sesungguhya perkara ini (Imamah) akan dipegang oleh dua belas Imam dari keturunan Ali dan Fathimah.
Tidak ada seorang dari kami (Ahlul Bait) akan mati melainkan diracun atau dibunuh.
Kemudian Imam Hasan as menangis. Lalu aku berkata kepadanya: ”Wahai putra Rasulullah, berilah aku nasehat.”
Beliau menjawab: “Baiklah! Bersiaplah untuk perjalananmu dan ambillah bekal sebelum tiba ajalmu. Ketahuilah bahwa kau mencari dunia, sedang kematian juga mengejarmu. Dan janganlah memikul beban hari yang belum datang kepadamu. Dan ketahuilah bahwa engkau tidak mencari harta yang lebih dari bekal makanmu, kecuali berarti engkau menyimpan untuk orang lain. Sadarlah bahwa harta halal yang kau tumpuk ada hisabnya, dan jika harta itu haram engkau akan disiksa sedang jika syubhat (dalam keraguan) engkau akan dicela. Maka jadikanlah dunia ini laksana bangkai. Ambillah secukupnya, sehingga jika itu halal maka engkau telah berlaku zuhud dan jika itu haram maka engkau akan terkena celaan yang ringan.
Maka kamu mengambil darinya sebagaimana kamu mengambil dari bangkai. Berbuatlah utuk urusan duiamu seakan-akan kau akan hidup selamanya da berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.
Jika engkau ingin perkasa tapa bantuan orang lain dan igin mejadi sosok yang kharismatik tanpa harus jadi penguasa, (kekuasaan) maka tinggalkanlah maksiat kepada Allah dan masuklah dalam lingkaran ketaatan-Nya.
Dan ucapan Imam Hasan as dalam menggambarkan/mensifati seorang saudara yang baik: “Dia adalah orang yang agung dimataku, dan saat menganggap dunia ini kecil dihadapannya. Dia terlepas dari kungkungan (tidak berhubungan) dengan kebodohan dan tidak mengeluarkan tangannya kecuali kepada apa yang ia percayai akan memberikan suatu manfaat.
Dia tidak suka mengeluh, tidak cepat marah dan tidak mudah murung. Dia lebih suka jadi pendiam namun jika berbicara akan membungkam pembicara yang lain. Dia seakan lemah dan tidak berdaya, namun dalam kesungguhan dia laksana singa yang siap menerkam mangsanya.
Bila duduk dengan para ulama dia lebih suka mendengarkan daripada ikut bicara. Dan jika dia kalah dalam dialognya, dia menang dalam diamnya. Dia tidak berkata tentang apa yang tidak dilakukannya atau berbuat sesuatu yang tidak diucapkannya. Dan apabila disodorkan dua masalah yang belum diketahui mana yang lebih dekat dari keridhaan Tuhannya, maka segera dia melihat mana yang lebih dekat dengan hawa nafsunya lalu ditinggalkannya. Dan dia tidak pernah mencela seseorang yang menyadari kesalahan tingkah lakunya.
Allahumma sholli ala Muhammad wa aali Muhammad wa ajjil faraja aali Muhammad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar