Selasa, 02 Maret 2010

Rahbar : “Politik Anti-Hegemoni”

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayyid Ali Khamenei hari Ahad (28/2) dalam pertemuan bersama Menteri Luar Negeri, para pegawai Departemen Luar Negeri, duta-duta besar dan kepala delegasi Iran di luar negeri menyebut Revolusi Islam Iran sebagai pencipta sebuah logika dan politik baru dalam hubungan internasional atas nama “politik interaksi anti-hegemoni”. “Kewajiban duta dan delegasi Republik Islam Iran adalah menggunakan diplomasi berkualitas, kuat dan efektif untuk meningkatkan “politik anti- hegemoni dan syaratnya adalah bertahan secara logis berdasarkan prinsip Revolusi, syariat dan tegas soal prinsip dan fondasi ini.” Tegas Rahbar.

Seraya menekankan bahwa pelaksanaan praktis “politik anti-hegemoni” hanya terbatas pada Republik Islam Iran, beliau menambahkan, “Dalam kekuatan hegemoni terdapat dua sisi, yang satu penguasa dan yang lainnya adalah yang mau dikuasai. Namun Republik Islam Iran sejak awal telah mengumumkan bahwa ia bukan penguasa dan juga tidak mau dikuasasi oleh negara manapun.”
Saat mengisyaratkan kemodernan “politik anti-hegemoni” di dunia dan sambutan sejumlah negara, tokoh, dan cendikiawan atas logika baru di kancah hubungan internasional ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengatakan, “Politik anti-hegemoni memiliki sandaran dan dukungan strategi yang kuat. Salah satunya adalah dukungan besar rakyat terhadap Revolusi Islam Iran.”

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menekankan bahwa gerakan rakyat sejak hari pertama Revolusi Islam Iran sampai saat ini tidak pernah berkurang, berbeda dengan sebagian Revolusi yang terjadi di dunia. Ditambahkannya, “Di negara mana kalian temukan pasca 31 tahun, partisipasi rakyat dalam peringatan hari ulang tahun Revolusi bukan hanya tidak berkurang, bahkan malah bertambah banyak? Dukungan partisipasi rakyat ini merupakan masalah penting yang hanya terkait dengan Republik Islam Iran.”

Beliau menyebut kemajuan sains dan teknologi ilmuwan muda Iran yang mengagumkan merupakan satu lagi dari sejumlah dukungan strategi politik anti-hegemoni. Ditambahkannya, “Satu lagi dari sejumlah dukungan ini adalah partisipasi rakyat yang tak ada duanya dalam pemilu presiden sebagai simbol indah demokrasi yang bukan hanya tidak berkurang bahkan malah bertambah banyak.”

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menilai kesuksesan dan pembangunan besar-besaran di setiap periode pemerintahan dan aktivitas luas sosial merupakan dukungan strategi lainnya terhadap politik anti-hegemoni. Beliau menegaskan, “Semua dukungan strategi ini memberikan semangat jiwa dan sarana percaya diri kepada delegasi Republik Islam Iran di luar negeri sehingga bisa membawa maju politik modern anti-hegemoni berdasarkan tiga unsur asli kemuliaan, kebijakan dan kebaikan dengan bersandar pada dukungan-dukungan tersebut.”
Beliau menilai penting menggunakan kekuatan diplomasi untuk memajukan politik ini dan mengatakan, “Kekuatan dan pengaruh diplomasi tidak kurang penting dari kekuatan militer, propaganda dan uang, bahkan dalam beberapa hal lebih berpengaruh. Oleh karena itu, pelaksanaan politik anti-hegemoni harus menggunakan diplomasi kuat dan efektif berdasarkan logika, akal dan rasa percaya diri.”

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyebut syarat diplomasi kuat dan efektif adalah pertama harus percaya pada prinsip-prinsip syariat dan pemikiran-pemikiran Revolusi Islam. Dikatakannya, “Di arena diplomasi, harus menunjukkan sikap nasionalisme dan tidak segan mempertahankan prinsip Revolusi dan agama.”

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menilai upaya mempertahankan prinsip-prinsip Revolusi dan syariat sebagai titik kuat sistem diplomasi Republik Islam Iran dan menekankan, “Pertahanan dibarengi dengan logika adalah kekuatan dan hal ini akan memaksa lawan untuk hormat dan tunduk.”

Seraya menyinggung sebagian pemikiran salah di tahun-tahun lalu terkait keharusan menggunakan sejumlah pengertian, cara dan protokoler yang dimaukan Barat untuk menyamakan dan mendekatkan diri dengan mereka, Rahbar mengatakan, “Segelintir orang ini berpikir bahwa dengan mengulangi sejumlah pengertian Barat dan menyerah di hadapan mereka, kedudukan dan posisi kita akan bertambah meningkat, padahal segala ucapan dan pengertian Barat sudah basi dan terkait dengan 200 tahun yang lalu. Namun ucapan dan politik Republik Islam Iran adalah sebuah ide modern dan berpengaruh.”

Saat menyampaikan Penghargaannya atas terlaksananya pelbagai program di Departemen Luar Negeri, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengisyaratkan posisi Republik Islam Iran di kancah diplomasi dan posisinya dalam menghadapi tantangan internasional. Rahbar menegaskan, “Sebagai contoh dalam masalah nuklir, negara-negara imperialis dunia tetap tidak mampu mencapai tujuannya, meski dengan melakukan kebohongan besar, kontroversi dan tekanan terhadap Republik Islam Iran. Semua ini membuktikan kekuatan prinsip dan bangunan Republik Islam Iran.”

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menekankan, “Republik Islam Iran sejak awal mengumumkan bahwa ia berusaha mencapai kemampuan-kemampuan sains dan teknologi di bidang nuklir dengan tujuan memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan damai, termasuk pemanfaatan energi nuklir.”

Beliau menambahkan, “Propaganda dan kontroversi yang diciptakan oleh sebagian negara Barat termasuk Amerika, Inggris dan juga rezim Zionis terkait masalah ini adalah kebohongan besar. Mereka sendiri tahu kalau sedang berbohong dan penentangan semacam ini akan merugikan mereka sendiri.”

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menekankan, “Meski tekanan-tekanan yang mereka lakukan tidak sedikit, Republik Islam Iran telah banyak mencapai kemajuan di bidang nuklir dan akan maju sampai pada batas yang diperlukan sehingga berdikari di bidang sains dan teknologi ini.”

Saat mengkritik kinerja Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Ayatullah Sayyid Ali Khamenei mengatakan, “Sebagian langkah dan laporan Badan Energi Atom Internasional menunjukkan ketidakmandirian lembaga internasional ini.”

Beliau menegaskan, “IAEA tidak boleh terpengaruh oleh Amerika dan sebagian negara lainnya. Karena langkah-langkah sepihak semacam ini akan menghancurkan kepercayaan terhadap IAEA dan PBB. Hal ini merusak citra lembaga internasional ini.”

Seraya menekankan bahwa dasar kerja di Departemen Luar Negeri adalah memajukan politik anti-hegemoni dan memberikan pengaruh terhadap hubungan internasional dengan menggunakan diplomasi kuat, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei juga menegaskan, “Diplomasi berkualitas harus lebih diperhatikan dari sebelumnya dan setiap pertemuan atau pembicaraan di bidang diplomasi harus betul-betul dipertimbangkan dan berdasarkan antisipasi yang benar.”

Di bagian lain pidatonya Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menilai penting mengenal keluwesan cara diplomasi rumit dan perundingan bagi para diplomat negara dan menambahkan, “Diplomasi umum adalah bagian dari inisiatif Republik Islam Iran dan harus lebih diperhatikan.”

Rahbar juga menekankan untuk melakukan hubungan efektif dengan warga Iran yang ada di luar negeri.

Di awal pertemuan ini, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Manouchehr Mottaki menyampaikan penjelasannya tentang agenda pertemuan para duta dan delegasi Republik Islam Iran di luar negeri tahun ini yang bertemakan “perubahan managemen dunia, diplomasi berporos keadilan.” Mottaki mengatakan, “Menguatkan posisi Iran dalam konstelasi politik dan ekonomi kawasan, menjamin keamanan dan keuntungan bangsa, menguatkan jiwa solidaritas Islam, membela muqawama di Palestina dan Lebanon, melawan penjajahan dan campur tangan imperialis merupakan sejumlah tolok ukur politik luar negeri.”

Menteri Luar Negeri juga menyampaikan laporannya tentang kerja Departemen Luar Negeri di kawasan Timur Tengah, negara-negara anggota Commonwealth, Asia, Afrika, Amerika Latin dan Eropa. Ditekankannya, “Terkait kawasan yang disebutkan itu, telah diusahakan untuk memilah dan meninjau kembali sikap, hubungan cerdas di tingkat internasional dalam kerangka tiga prinsip, kemuliaan, kebijaksanaan dan kepentingan negara.”

(Irib/Ama)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar