
Bismillahirrahmanirrahim
Beberapa tahun sebelum wafat, Sayid Ahmad Khomeini, putera Imam Khomeini, menulis di salah satu bukunya sebagai berikut. "Lembar demi lembar dari tulisan ataupun kata-kata Imam mengingatkan saya kepada penderitaan panjang dan perjuangan keras yang telah dilakukan oleh beliau, dengan segala tantangan dan halangan yang dihadapinya. Adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri bahwa pada seluruh kata-kata ataupun tulisan Imam terekam berbagai peristiwa dan krisis yang menghiasi pelataran sejarah Revolusi Islam Iran.
Karenanya, kata-kata atau tulisan beliau benar-benar bisa menjadi petunjuk bagi siapa saja yang bersungguh-sungguh hendak menempuh jalan yang telah beliau rintis. Tulisan dan kata-kata Imam adalah piagam Revolusi Islam Iran sekaligus naskah sejarah otentik dari sebuah keberhasilan kebangkitan paling merakyat dan paling hakiki yang pernah kita saksikan di zaman kita ini".
Pembaca yang budiman, buku yang ada di tangan Anda saat ini adalah sebuah naskah tertulis Revolusi Islam Iran yang paling akhir. Sudah sepantasnyalah generasi masa kini maupun masa mendatang mau memanfaatkannya karena merekalah sebenarnya yang menjadi audiens dari semua tulisan Imam ini. Kitab ini ditulis dengan ketulusan niat yang sangat tinggi, atau dengan ungkapan lainnya, lidah dan tangan Imam saat berkata-kata atau menuliskan surat wasiat ini telah menjadi lisanullah dan yadullah (lisan dan tangan Allah). Karenanya, tulisan Imam ini menjadi sangat padat, menyeluruh, dan kuat. Tulisan beliau ini menjadi penjelasan atas ajaran agama Islam yang murni, Islam yang Muhammadi, yang diungkapkan secara fasih sekaligus mengenai sasaran. Tulisan ini ditujukan kepada masyarakat yang merupakan representasi manusia masa mendatang.
*
Jalaluddin Rumi dalam kitab syairnya "Matsnawi" Jilid I menjelaskan makna dari risalah terakhir yang diemban Nabi Muhammad sebagai berikut.
Nama "Ahmad" hakikatnya adalah rangkaian nama sejumlah nabi
Ketika bilangan seratus tiba, sembilan puluh bilangannya ada di samping kita
Imam Khomeini adalah pembawa panji kelanjutan risalah Nabi Muhammad SAWW dan kepemimpinan para awshia. Karenanya, seperti Nabi Muhamad, Imam bagaikan Bapak Manusia, Nabi Adam a.s. Ia senantiasa mengingatkan manusia tentang kesalahan pertama manusia yang membuatnya menyadari keberadaan alam nasut dan alam mulk. Imam, sebagaimana Nabi Adam a.s., selalu mengingatkan manusia tentang keberadaan "tanah air keabadian" yang sudah lama ditinggalkannya. Imam mengingatkan manusia zaman sekarang bahwa kerinduan dan keterkaitan mereka dengan alam abadi bukanlah sebuah ilusi, khayalan, atau impian.
Perjuangan Imam Khomeini juga menjadi representasi dari risalah yang diemban oleh Nabi Nuh a.s. Bagaikan Nuh, bertahun-tahun lamanya Imam menunggu dan menjalani berbagai penderitaan. Ia pertaruhkan nyawanya secara sabar. Ia ajak umatnya untuk menaiki bahtera keselamatan hingga umat ini bisa terselamatkan dari ganasnya banjir dan topan kezaliman. Imam adalah penjaga warisan kata-kata Rasul yang mulia bahwa Matsalu Ahli Baiti kamatsali safinati Nuh (Ahlul Baitku itu umpama bahtera Nabi Nuh).
Imam juga bertindak seperti Ibrahim Khalilullah a.s., nabi penghancur berhala yang namanya terpatri abadi dalam sejarah. Imam telah berhasil menghancurkan berhala-berhala zaman ini yang bersemayam pada jiwa-jiwa manusia. Imam juga meneriakkan perlawanan terhadap Namrud-Namrud zaman ini, yaitu manusia-manusia yang tetap menjadi "tanah" akibat sikap egois yang terus mereka pelihara.
Imam bagaikan Nabi Musa a.s. yang diusir oleh Firaun-Firaun zaman ini di tengah malam yang gelap. Akan tetapi, justru dalam kegelapan malam itulah Imam berhasil menemukan cahaya penerang dan tongkat yang membakar kezaliman. Dengan bermodalkan semua itu, Imam kemudian kembali kepada Firaun-Firaun itu untuk meneriakkan perlawanan. Beliau mengalahkan para pemilik istana itu. Kemudian, orang-orang tuli yang sepanjang sejarah selalu lalai dalam mengambil pelajaran atas berbagai peristiwa yang terjadi, beliau tenggelamkan dalam lautan revolusi Islam yang bergelora. Setelah itu, Imam tidak pernah berhenti mengingatkan umat manusia agar tidak tertipu oleh "sihir Samiri" atau silau dengan "kekayaan Qarun".
Imam juga berperan seperti Nabi Isa Al Masih a.s. Ia muncul di pentas sejarah bagaikan Nabi Isa yang datang menyambut penantian masyarakat akan datangnya seorang juru selamat. Imam juga datang sebagai penyembuh atas penyakit buta hati umat manusia, semuanya dengan izin Allah. Imam juga menjadi manifestasi atas peran kepemimpinan Al Masih di zaman ini. Dengan seruan "mari kita melangkah bersama", umat ini beserta para pemimpinnya diseru ke arah kemenangan hakiki.
Sungguh, Allah telah menganugerahkan Khomeini sejumlah nikmat yang dulu dianugerahkan kepada para nabi. Sebagai Adam, Imam mendapatkan anugerah "Bapak Manusia"; sebagai Nuh, Imam adalah penyelamat umat; sebagai Ibrahim, Imam adalah pemimpin umat; sebagai Musa, Imam menjadi petunjuk umat; sebagai Isa, Imam adalah penyembuh umat; dan akhirnya, Imam juga mewarisi nikmat yang dulu dianugerahkan Allah kepada rasul terakhirnya Muhamad SAWW, yaitu seluruh nikmat yang pernah dianugerahkan kepada para nabi terdahulu: nikmat bapak pengayom umat, nikmat penyelamat, nikmat pemimpin, nikmat petunjuk, dan nikmat penyembuh. Hal-hal inilah yang membuat kita semakin yakin bahwa Imam datang sebagai pelanjut misi yang dulu dibawa oleh Nabi Muhamad SAWW. Ajaran Imam adalah "Islam Muhammadi", bukannya Islam yang tercemari dengan konsep Dajjal Amerika Serikat. Dengan inilah, Imam menunjukkan batas yang tegas antara hak dan batil hingga umat manusia ini tidak terlunta-lunta dalam kegelapan.
Sebagaimana yang kita ketahui, surat wasiat Imam Khomeini ini telah dijadikan salah satu mata kuliah di sejumlah perguruan tinggi di Iran. Ternyata, cukup banyak di antara para mahasiswa kita, para "putra Imam" ini, yang menemui kesulitan untuk memahami secara utuh beberapa bagian penting dari kalimat-kalimat yang dituliskan Imam dalam surat wasiatnya ini. Adalah sebuah fakta bahwa dalam beberapa bagiannya, isi surat wasiat Imam ini mengandung konsep filosofis yang sangat tinggi. Karenanya, beberapa orang cendekiawan kita yang cerdas secara khusus telah menyusun buku berisi penjelasan atas konsep-konsep filosofis yang berat itu.
Upaya untuk menjelaskan berbagai makna yang terdapat pada sejumlah kalimat dari wasiat Imam ini memang sangat berat bagi saya, atau malah bisa dikatakan mustahil. Akan tetapi, saya berharap bahwa betapapun buruknya penjelasan saya atas sejumlah konsep pada kitab ini, semuanya bisa bermanfaat; bagaikan upaya berpayah-payah yang dilakukan oleh seekor semut, yang tetap dianggap sebagai karya seni berharga oleh Nabi Sulaiman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar