Selasa, 02 Februari 2010

Mengenang 1 Februari 1979

Di hari itu, seluruh rakyat Iran turun ke jalan-jalan. Tak peduli anak-anak, wanita dan orang tua, semuanya dengan semangat menyala meneriakkan yel-yel Allahu Akbar, Khomeini pemimpin kami. Teriakan yang menggelegar itu membuat bumi seakan-akan goyah. Di hari itu, mahasiswa, dosen, guru, ulama, pedagang, pejabat dan pekerja bersama-sama turun ke jalan mengungkapkan kecintaan mereka terhadap Imam Khomeini.

Di setiap mata mereka tersirat cahaya kebanggaan dan kehormatan. Tangan-tangan mereka membawa sekuntum bunga dan beriringan menjemput kedatangan pemimpin mereka. Ketika matahari muncul di ufuk timur, tampak sesosok tubuh keluar dari pintu pesawat. Ketika warga melihatnya serentak mereka meneriakkan yel-yel "Khomeini wahai pemimpin". Dialah Imam Khomeini yang baru saja tiba di Iran dari tempat pengasingannya di Perancis. Ulama sekaligus pemimpin karismatik ini menyambut luapan kegembiraan rakyat Iran dengan tersenyum.

Itulah hari ke 12 di bulan Bahman 1357 H.S bertepatan dengan 1 Februari 1979. bersamaan dengan kedatangan Imam Khomeini ke Iran, seorang analis Barat menulis, "Kini seorang ulama menjadi pemimpin sejati dan kedudukannya di atas para politikus lainnya". Koran Times terbitan London ketika mengenalkan pribadi agung ini menulis, "Imam Khomeini sosok yang berhasil menarik simpati berbagai kalangan dengan ucapannya. Beliau berbicara dengan bahasa masyarakat awam dan berhasil memberikan rasa percaya diri kepada pengikutnya. Beliau menunjukkan kepada rakyatnya bahwa ia mampu menghadapi AS".

Michel Foucault, filosof asal Perancis menyatakan, "Keperibadian Ayatullah Al-Udzma Khomeini mampu meruntuhkan legenda keluarga Pahlevi. Tidak ada pemimpin negara dan politik meski mereka mendapat dukungan penuh media yang berani mengklaim bahwa rakyatnya memiliki hubungan emosional yang tinggi seperti yang dimiliki Imam Khomeini dengan rakyat Iran".

Imam Khomeini sang pencetus Revolusi Islam bukan sekedar pemimpin politik dan revolusi. Sosok yang tak pernah kenal lelah ini selama bertahun-tahun menghabiskan usianya untuk memberi penerangan kepada rakyat dan menyeru untuk memerangi kezaliman dan ketidakadilan. Keperibadian beliau melampaui batasan manusia biasa yang terkekang dengan fisik kasarnya. Beliau seorang ulama yang mengikuti dan meneruskan jejak para nabi serta senantiasa meneriakkan kebenaran dan keadilan sebagai hakikat penciptaan.

Oleh karena itu, revolusi yang dipimpin Imam Khomeini tidak terbatas pada rakyat Iran. Revolusi Islam bersumber pada Al-Qur'an dan Islam yang mengajak umat manusia ke arah kebenaran dan kebebasan serta keadilan. Nilai-nilai luhur ini bukan hanya dihormati rakyat Iran, namun juga seluruh bangsa di dunia. Dunia modern pun tak luput dari pengaruh revolusi besar ini yang menyerukan kebebasan dan independensi. Dengan cepat revoluisi ini menyebar ke seluruh penjuru dunia dan telah berhasil menyadarkan berbagai bangsa dunia dari tidur panjangnya.

Pribadi Imam Khomeini penuh dengan semangat relijius dan kepercayaan tinggi terhadap diri sendiri. Alvin Toffler, pakar sosiologi dari AS mengatakan, "Ayatullah Khomeini kepada dunia mengatakan, selanjutnya kekuatan arogan dunia tidak menjadi pemain tunggal di pentas internasional karena seluruh bangsa memiliki kekuasaan. Apa yang diucapkan Imam Khomeini kepada kita adalah klaim kekuatan arogan dunia yang mengaku memiliki kekuasaan untuk mengatur dunia sejatinya mereka tidak memiliki hak tersebut".

Revolusi Islam Iran sebagai revolusi idiologi dan religi terbesar dunia modern memiliki posisi penting. Keistimewaan yang dimiliki revolusi ini yang menjadikannya berbeda dengan revolusi-revolusi dunia lainnya adalah sisi modernisitas yang terkandung di dalamnya. Hal inilah yang menyebabkan revolusi ini hingga kini terus mendapat perhatian para pengamat politik dan sosial meski telah berusia tiga dekade. Meski demikian, kita menyaksikan upaya besar-besaran media Barat untuk mencitrakan bahwa revolusi Islam Iran telah habis masanya dan sistem yang diusung revolusi ini telah usang dan tidak mampu menjawab tantangan zaman.

Revolusi Islam yang kini memasuki dekade ke empat dari usianya berada dalam kondisi khusus. Mengingat revolusi ini bertumpu pada gerakan massa, namun Revolusi Islam adalah benda hidup, kokoh dan dinamis. Revolusi Islam sepanjang sejarahnya berhasil melalui berbagai rintangan yang menghadang dan berhasil mencapai kemajuan dan keagungan. Menurut para pengamat politik, Revolusi Islam di fase terbarunya tetap memiliki semangat seperti pertama kali meletus. Tak hanya itu, revolusi Islam juga mampu menghadapi seluruh rintangan yang menghadang.

Di puncak terdapat seorang pemimpin yang berani, luas pengalaman dan tegas. Pemimpin ini telah menggariskan perjalanan bangsa Iran. Slogan rakyat Iran yang berbunyi, "Metode masa depan bangsa Iran adalah jalan yang telah digariskan Imam Khomeini, revolusi, penentangan terhadap pemaksaan kekuatan arogan dunia, membela kaum tertindas dan mengibarkan bendera Islam di dunia", sejatinya perjalanan yang telah digariskan Imam semasa hidupnya. Rakyat pemberani dan pejuang Iran sebenarnya juga pendukung utama revolusi Islam. Mereka di saat kritis telah berhasil mengembalikan nilai dan norma revolusi Islam dengan aksi mereka turun ke jalan-jalan. Aksi demo pada sembilan Dey 1388 atau 30 Desember 2009 lalu membuktikan loyalitas warga terhadap nilai-nilai Revolusi Islam. Menurut pernyataan Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Al-Udzma Ali Khamenei, "Selama bangsa ini dengan kesadaran dan iman mereka bertekad mempertahankan hak-haknya maka pasti mereka akan menang".

Revolusi Islam ibarat mentari pagi hari yang menghapus kegelapan malam. Ia muncul dengan mengusung ide bahwa politik harus bergandengan dengan etika dan agama. Oleh karena itu, yang berhak menjadi pemimpin adalah pribadi cerdik dan bertakwa serta menyerukan keadilan sehingga dunia dipenuhi perdamaian. Revolusi Islam memberikan harapan kepada manusia yang hidup di bawah tekanan kezaliman.15:06:38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar