Imam Mûsâ Al-Kâzhim as. adalah orang yang paling 'abid pada zamannya sehingga ia diberi gelar Al-'Abd Ash-shâlih (hamba yang saleh) dan Zain Al-Mujtahidîn (hiasan para 'abid). Umat manusia tedak pernah terlihat orang seperti Imam Al-Kâzhim as. dalam ibadah kepada Allah swt. Menurut riwayat para perawi hadis, ketika Imam Al-Kâzhim as. berdiri di hadapan Allah swt. untuk mengerjakan salat, matanya basah dengan air mata dan hatinya berdebar serta menggigil karena takut kepada Allah swt.
Di antara manifestasi dan bukti-bukti penghambaan Imam Al-Kâzhim as. adalah ia pernah masuk ke dalam masjid Nabi saw. di permulaan awal malam. Ia lantas bersujud sekali sembari merintih seraya berkata: "Sungguh dosaku sangatlah banyak. Maka baguskanlah pengampunan dari sisi-Mu, wahai ahli ketakwaan dan ahli pengampunan." Imam Al-Kâzhim as. selalu mengulang-ulangi ucapan ini dengan khusyuk dan bersimpuh di haribaan Allah swt. hingga pagi tiba.
Imam Al-Kâzhim as. selalu mengerjakan salat sunah malam dan menyambungnya dengan salat Shubuh. Kemudian ia membaca ta'qîb (wirid) salat hingga matahari terbit. Lalu ia bersimpuh bersujud di haribaan Allah swt. dan tidak mengangkat kepalanya dari doa hingga mendekati matahari tergelincir.
Asy-Syaibânî meriwayatkan: "Setiap hari, Abul Hasan Mûsâ as. selalu melakukan sujud dari terbit matahari hingga menjelang matahari tergelincir selama sepuluh tahun. Ketika Hârûn memasukannya ke dalam penjara yang dikepalai oleh Ar-Rabî', Hârûn memperhatikan gerak-gerik Imam Al-Kâzhim as. dari atas istananya. Harun tidak melihat seorang pun dalam penjara yang tampak. Yang tampak hanyalah setumpuk baju yang tergeletak dan tidak bergerak sedikit pun. Hârûn bertanya kepada Ar-Rabî', 'Baju apa yang sering aku lihat di tempat itu?'
Ar-Rabî' pun segera menjawab: 'Ya Amirul Mukminin, itu bukanlah baju. Itu adalah Mûsâ bin Ja'far yang selalu melakukan sujud setiap hari dari terbit matahari hingga menjelang matahari tergelincir.'
Hârûn pun berkata dengan nada keheranan, 'Sungguh dia adalah rahib Bani Hasyim.'
Ar-Rabî' berpaling kepada Hârûn seraya berkata, 'Ya Amirul Mukminin, mengapa Anda mengurungnya dalam penjara?'
Hârûn menjawab, 'Celaka kamu! Sesungguhnya ini harus aku lakukan.'
Saudara perempuan As-Sindî bin Syâhik pernah memasuki penjara ketika Imam Al-Kâzhim as. berada di dalam tahanan saudaranya. Ia berkata, 'Jika dia (Imam Al-Kâzhim as.) mengerjakan salat Isya', ia bertahmid, memuji, dan berdoa kepada Allah swt. hingga pertengahan malam sirna. Kemudian ia berdiri dan mengerjakan salat hingga waktu salat Shubuh tiba, dan ia pun mengerjakan salat Shubuh. Setelah itu ia berzikir kepada Allah swt. hingga matahari terbit. Kemudian ia duduk dan lalu bersujud hingga menjelang matahari tergelincir. Setelah itu, ia berwudu dan mengerjakan salat hingga mengerjakan salat Ashar. Lalu ia berzikir hingga salat Maghrib. Setelah itu, ia mengerjakan salat sunah antara salat Maghrib dan Isya'. Begitulah kebiasaanya hingga ia wafat.'"
Karena banyaknya bersujud, seluruh anggota sujud Imam Al-Kâzhim as. mengeras seperti kulit lutut unta. Ia memiliki seorang budak yang selalu memotong kulit keras bekas sujud di dahi dan ujung hidungnya. Tentang hal ini seorang penyair berkata:
Kulitnya mengeras karena sujud panjang, yang telah melukai dahi kepalanya.
Dia melihat kesempatan di penjara, sebagai sebuah nikmat yang layak disyukuri.
Inilah sebagian manifestasi ibadah Imam Al-Kâzhim as. yang menghikayatkan ibadah nenek moyangnya yang yang telah menyerahkan seluruh hidup mereka kepada Allah swt. dengan tulus. Tentang ibadah Imam Al-Kâzhim as. ini, kami telah memaparkannya dalam buku kami, Hayâh Al-Imam Mûsâ bin Ja'far as.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar