Salah satu dari khalifah Bani Umayyah yang pada masa pemerintahannya yang sangat pendek mampu melakukan kejahatan yang teramat keji adalah Yazid bin Muawiyah. Dalam masa pemerintahannya yang hanya tiga tahun ini, pada tahun pertama dia telah mengeluarkan perintah untuk membunuh Imam Husain As putra Rasulullah saw dan para sahabatnya. Tindakan ini sedemikian tercelanya sehingga mengakibatkan munculnya berbagai pemberontakan, bahkan hingga hari ini hal tersebut masih tetap menyisakan kecaman-kecaman dari begitu banyak para ulama umum.
Akan tetapi sangat disayangkan sebagian dari masayarakat awam yang fanatik serta para pengikut Yazid yang setia, tetap berada dalam posisinya untuk mendukung dan mempertahankan Yazid dan menyusun berbagai kitab untuk memuji dan memberikan sanjungan-sanjungan palsu kepadanya. Kini mari kita coba meriset tema ini secara lebih teliti sehingga kita bisa membuktikan bahwa ternyata masing-masing literatur dan argumen-argumen sejarah memberikan kesaksiannya bahwa pelaku asli dari tragedi berdarah dan pembunuh sosok mulia Husain As tak lain adalah Yazid laknatullah.
Pembelaan Ibnu Taimiyyah terhadap Yazid
Dikarenakan kebencian yang dimilikinya terhadap Ahlulbait As, Ibnu Taimiyyah meletakkan dirinya dalam posisinya membela kejahatan Yazid, dan dengan segala tipu daya dan pembenarannya, ia berusaha untuk membebaskan Yazid dari campur tangannya dalam pembunuhan Imam Husain As.
Ibnu Taimiyyah menuliskan, "Yazid tidak setuju dan tidak rela dengan pembunuhan yang dilakukan terhadap Husain As, bahkan ia dengan jelas menampakkan ketakrelaannya ini."[1]
Demikian juga ia meragukan tindakan Yazid yang menggerak-gerakkan kepala Imam Husain As di Syam.[2] Dan pada tempat lain dia juga mengingkari penawanan para Ahlulbait Imam Husain As.[3]
Sementara pada tempat yang lain lagi dia mengatakan, "Yazid tidak pernah memberikan perintah untuk membunuh Husain As, kepalanya tidak pernah dibawa ke hadapannya dan ia juga tidak pernah mempermainkan kepala Husain As dengan kayu, melainkan Ubaidillah bin Ziyad-lah yang melakukan hal ini".[4]
Dalam pembahasan ini kami ingin membuktikan bahwa pembunuhan Imam Husain As yang dilakukan oleh Ibnu Ziyad dilakukan karena perintah langsung yang dikirim oleh Yazid bin Muawiyah, dan untuk membuktikan hal tersebut, kami akan menunjukkan bukti-bukti dan argumen-argumen yang otentik:
1.1. Yazid dan Penugasan Ibnu Ziyad ke Wilayah Kufah
Dengan menganalisa sejarah, kita akan menemukan fakta bahwa Yazid-lah yang menunjuk Ibnu Ziyad sebagai wali kota Kufah, sementara sebelum itu pada masa Muawiyah ia menjabat sebagai wali kota Basrah. Dari sini menunjukkan bahwa tidak ada tujuan lain dari tindakan Yazid ini kecuali untuk mempersiapkan dirinya menghadapi Imam Husain As, dan dalam pandangannya, satu-satunya orang yang layak untuk melakukan tugas ini tak lain adalah Ubaidillah bin Ziyad.
Dari satu sisi, Yazid tidak memiliki hubungan yang terlalu baik dengan Ibnu Ziyad dan bahkan dia berada dalam posisinya untuk mencopot jabatannya dari wali kota Basrah. Akan tetapi karena dia melihat Nu'man bin Bushair tidak layak untuk berhadapan dengan Muslim bin Aqil dan Imam Husain As, maka ia meletakkan tangannya di atas pangkuan Ibnu Ziyad dan dia tidak hanya menegaskan tentang kerelaannya kepadanya bahkan dia menyerahkan juga wilayah Kufah sekaligus wilayah Basrah ke dalam pangkuannya, oleh karena itu pada salah satu suratnya ia menuliskan, "Carilah Muslim dan bunuhlah ia jika engkau telah menemukannya."[5]
Hal ini dilakukannya pada saat dia mengetahui bahwa Muslim bin Aqil telah ditunjuk sebagai pengirim surat dan diutus oleh Imam Husain As sebagai duta untuk pergi ke kota Kufah dan memberitahukan tentang kedatangan beliau kota tersebut.
1.2. Musyawarah yang Dilakukan oleh Ibnu Ziyad dengan Yazid
Dari catatan sejarah bisa ditemukan bahwa Yazid telah menugaskan Ibnu Ziyad untuk memegang jabatan sebagai walikota Kufah, dan ia juga memerintahkannya untuk senantiasa bermusyawarah denganya dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan Imam Husain As. Olah karena itu bisa dikatakan bahwa seluruh tindak-tindak kejahatannya, termasuk di dalamnya tindakannya untuk membunuh Imam Husain As dilakukan dengan perintah dan bermusyawarah dengan Yazid.
Thabari menuliskan, "Setelah Muslim dan Hani terbunuh, Ubaidillah bin Ziyad memenggal kepala-kepala mereka dari tubuh-tubuh mereka lalu mengirimkannya kepada Yazid bersama sebuah surat …, dalam menjawab surat ini, setelah Yazid memperingatkannya terhadap sebuah poin, dan mengisyarahkan pada beberapa buah poin lainnya, ia berkata, "Telah sampai padaku sebuah berita bahwa Husain bin Ali telah bergerak ke arah Irak, maka kirimkanlah para pengintai dan orang-orang yang bersenjata, lalu tangkaplah siapapun yang mencurigakan, dan penjarakanlah mereka. Ingat! Berikan informasi kepadaku setiap kali ada berita baru. Wassalamu'alaikum waruhmatullahi wa barakatuh."[6]
Dari berita ini bisa diketahui bahwa Yazid tidak hanya telah menunjuk Ibnu Ziyad sebagai pemimpin Kufah dan menugaskannya untuk melakukan penyerangan terhadap Imam Husain As, bahkan secara pribadi dia telah terjun dan menempatkan dirinya dalam arus persoalan tersebut dan bertanggung jawab atasnya serta memimpinnya. Oleh karena itulah sehingga Ibnu Ziyad senantiasa melaporkan seluruh tindakan-tindakan yang dilakukannya kepada Yazid.
Bukti lain atas keikutsertaan Yazid dalam perbuatan-perbutan Ibnu Ziyad adalah pada surat ini Yazid memuji dan menyanjung apa yang dilakukan oleh Ibnu Ziyad, yaitu membunuh Muslim dan Hani.
1.3. Perintah Yazid; Baiat atau Bunuh
Dari sejarah bisa diketahui bahwa jika Imam Husain As tidak memberikan baiat kepada Yazid, maka hanya ada satu cara yang harus ditempuh yaitu membunuh beliau.
Ya'qubi dalam kitabnya menuliskan, "Yazid dalam salah satu suratnya kepada Walid bin Uqbah bin Abi Sofyan yang merupakan pelaksana dan wakilnya di kota Madinah menuliskan hal berikut, "Jika surat ini telah tiba di tanganmu, maka panggillah Husain bin Ali dan Abdullah bin Zubair, lalu ambillah baiat dari keduanya untukku, apabila mereka menolaknya, maka penggallah leher-leher mereka dan kirimkan kepala-kepala mereka kepadaku".[7]
Dari sanad ini bisa diketahui bahwa Yazid telah mempunyai maksud sejak awal untuk membunuh Imam Husain As ketika beliau tidak bersedia memberikan baiatnya untuk Yazid.
Kelemahan:
Bisa jadi seseorang mengatakan bahwa sebagian dari para pengamat sejarah menukil surat Yazid ini dengan bentuk yang lain, misalnya Thabari mengatakan, "Yazid menulis surat kepada Walid yang berbunyi, "Tangkaplah dan perlakukan Husain, Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Zubair dengan keras untuk memberikan baiatnya untukku dan jangan sekali-kali berikan kesempatan kepada mereka selain memberikan baiatnya untukku. Wassalam."[8] Dari bukti ini terlihat dengan jelas bahwa pada surat ini tidak ada kata-kata mengenai pembunuhan, baik terhadap Imam Husain As maupun kedua orang lainnya.
Jawaban:
Pertama: Tidak ada kontradiksi antara dua teks sejarah di atas, karena pada teks Thabari diisyarahkan juga tentang kebolehan untuk melakukan pembunuhan terhadap Imam Husain As ketika beliau tidak memberikan baiat. Pada dasarnya, titik persoalan yang terdapat pada teks sejarah ini bukan terletak pada masalah pembunuhan Imam Husain As. Oleh karena itu mungkin saja Yazid menulis dua surat yang berbeda untuk Walid dimana yang pertama adalah sebagaimana yang ditulis oleh Thabari, sedangkan yang kedua –yang lebih tegas- adalah sebagaimana yang dinukilkan oleh Ya'qubi. Dan dengan penjelasan ini kita bisa menggabungkan keduanya.
Kedua: Pada surat yang dinukilkan oleh Thabari dipergunakan ungkapan, "Tangkap dan perlakukan dengan keras sedemikian hingga tidak ada lagi kesempatan lain bagi mereka selain memberikan baiatnya untukku". Dalam ungkapan ini terdapat tiga asumsi:
1.Yang dimaksud dengan 'tangkap dan perlakukan mereka dengan keras' adalah ucapan yang keras, dan memaksa mereka untuk melakukan baiat, tanpa adanya tindak kekerasan.
2.Yang dimaksud adalah menempatkan Imam Husain As di bawah tekanan untuk memberikan baiat sebatas hal ini tidak meyebabkan terjadinya pembunuhan atasnya
Akan tetapi rasanya tidak ada satupun dari kedua asumsi di atas yang benar dan sesuai dengan realitas yang ada, karena Yazid sangat mengenal kehidupan Imam Husaian As dan mengetahui bahwa Imam Husain As sama sekali tidak akan bersedia memberikan baiatnya untuknya.
1.Asumsi ketiga yang sesuai dengan realitas adalah bahwa yang dimaksud dengan 'tangkap dan perlakukan mereka dengan keras' adalah Yazid dengan ungkapan yang dikemukakannya ini sebenarnya berada dalam posisinya menyerahkan seluruh tugas secara sempurna kepada Walid supaya dia bisa menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan Imam Husain As ini dengan segala cara yang memungkinkan, bahkan jika ia terpaksa harus melakukan pembunuhan atas Imam As ketika tidak ada lagi kemungkinan untuk mendapatkan baiat dari beliau. Pada asumsi ini terdapat pula konteks-konteks yang mendukung dan menegaskannya:
1.Ketika Marwan bin Hakam memberikan perintah kepada Walid untuk membunuh Imam As apabila beliau tidak memberikan baiatnya, Walid tidak mencoba untuk mengatakan bahwa usulan ini bertentangan dengan perintah yang dikeluarkan oleh Yazid dalam suratnya, melainkan dia hanya mengatakan bahwa membunuh Imam Husain As adalah haram hukumnya dan dilarang secara syar'i.[9]
b. Ketika Walid mengundang Imam Husain As ke Darul-Ammarah, Imam As telah mengetahui bahwa jika beliau tidak memberikan baiatnya, maka Walid mempunyai tugas untuk membunuhnya, oleh karena itulah pada saat itu Imam pergi ke Darul-Ammarah bersama para jawara dan sekelompok Bani Hasyim. Dan hal ini beliau ungkapkan pula kepada Abdullah bin Zubair.[10]
1.Pada bulan Ramadhan tahun pertama Yazid menduduki kursi kepemimpinannya, ia mencopot jabatan Walid bin Uqbah dari posisinya sebagai walikota Madinah.[11] Dan hal ini terjadi hanya dua bulan setelah dia berada di atas kursi kekuasaannya tersebut, sementara seluruh wali-wali yang sebelumnya telah ditunjuk oleh ayahnya tetap dipertahankan berada di kursi mereka masing-masing. Alasan dari hal ini adalah karena ia mengetahui bahwa Walid tidak memiliki kelayakan sebagaimana yang diinginkannya dalam tanggung jawabnya berkaitan dengan persoalan Imam Husain As. Oleh karena itulah tindakan yang ia lakukan terhadap walinya di Kufah (Nu'man bin Busyair) –dalam suratnya yang ditulis untuk Yazid, Nu'man mengatakan bahwa ia tidak bisa melakukan tugasnya dalam menghadapi Muslim bin Aqil, dengan alasan inilah kemudian Yazid mencopot Nu'man dari jabatannya kemudian menunjuk Ibnu Ziyad sebagai penggantinya- ia lakukan pula terhadap Walid. Dari sini bisa diketahui bahwa Yazid menghendaki Imam Husain As hingga pada batasan terbunuhnya beliau, hanya saja Walid tidak bersedia melakukan hal ini, karena itulah kemudian ia dikesampingkan dan dipecat dari jabatannya.
1.4. Surat Kedua dari Yazid kepada Walid
Ibnu A'tsam menukil bahwa Walid bin Uqbah dalam salah satu suratnya kepada Yazid menginformasikan kejadian yang terjadi antara dia, Imam Husain As dan Abdullah bin Zubair. Mengetahui hal ini Yazid sangat marah dan dalam suratnya kepada Walid ia menulis, "Begitu surat ini sampai kepadamu, maka ambillah kembali baiat dari warga Madinah dengan penegasan darimu, dan lepaskanlah Abdullah bin Zubair, karena selama masih hidup dia tidak akan bisa melarikan diri dari tangan kami. Akan tetapi ingat, sertakan pula kepala Husain bersama dengan balasan surat yang engkau kirimkan kepadaku! Jika engkau melakukan hal ini maka aku akan memberikan keagungan dan hadiah-hadiah serta keuntungan-keungungan yang lebih banyak untukmu."[12]
1.5. Menjadi Target Pembunuhan
Ibnu 'Asakir menulis, "Ketika berita tentang perlawanan dan revolusi Husain As sampai di telinga Yazid, ia menulis sebuah surat kepada Ubaidillah bin Ziyad yang merupakan walinya di Irak dan memerintahkan kepadanya untuk menghadapi dan berperang menghadapi Husain As, lalu mengatakan, jika dia bisa menangkapnya (Imam Husain As) maka kirimkan dia ke Syam."[13]
Ibnu A'tsam menuliskan, Ibnu Ziyad berkata kepada warga Kufah, "Yazid bin Muawiyah mengirimkan sebuah surat dengan uang sebanyak empat ribu dinar dan dua ratus ribu dirham untukku supaya aku bagi-bagikan di antara kalian dan mengirimkan kalian untuk berperang melawan musuhnya yaitu Husain bin Ali, maka dengarkanlah apa perintahnya dan taatilah apa yang dikatakannya."[14]
Suyuthi berkata, "Dalam suratnya kepada walinya di Irak -Ubaidillah bin Ziyad-, Yazid mengeluarkan perintah untuk membunuh Husain As."[15]
Ibnu A'tsam menuliskan, "Ketika Ibnu Ziyad telah membunuh Imam Husain As, Yazid segera mengirimkan uang sebanyak satu juta dirham kepadanya."[16]
Muslim bin Ziyad saudara Ubaidillah bin Ziyad datang menghadap kepada Yazid setelah syahadahnya Imam Husain As, lalu Yazid berkata kepadanya, "Bagaimanapun, kecintaan dan persahabatan kepada kalian telah menjadi kewajiban bagi keluarga Abi Sofyan, wahai Bani Ziyad."[17]
Ketika Ibnu Ziyad menghadap kepada Yazid, Yazid menyambutnya dan mencium di antara kedua matanya, mendudukkannya di singgasana kerajaannya, memasukkan beberapa perempuan dan memberikan perintah kepada mereka untuk mendendangkan lagu-lagu untuknya, lalu berkata kepada pembawa minuman, "Kenyangkanlah kami dengan minuman keras." … kemudian ia memberikan satu juta dirham kepadanya, selain itu dia juga menyerahkan upeti dan pajak Irak kepadanya selama setahun. Pada saat yang sama dia juga memberikan uang dalam jumlah yang sama kepada Umar bin Sa'ad,.[18]
1.6. Di Mekah, Imam Husain As Memberitakan Apa yang akan Terjadi pada Dirinya
Thabari menukil bahwa Imam Husain As menghadap ke arah kerumunan masyarakat dan bersabda, "Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan oleh Ibnu Zubair?" Kami berkata, "Tidak, ya putra Rasulullah, sesungguhnya Allah akan menempatkan kami sebagai tebusanmu." Imam bersabda, "Zubair berkata kepadaku, tinggallah di masjid ini dan aku akan mengundang masyarakat ke arahmu." Lalu Imam As bersabda, "Demi Allah! Jika aku terbunuh satu jengkal di luar Mekah, hal itu akan lebih baik bagiku daripada aku terbunuh satu jengkal di dalamnya. Demi Allah! Jika pun aku berlindung di tempat-tempat yang tesembunyi dan di dalam goa-goa, mereka tetap saja akan menangkap dan mengeluarkanku sehingga mereka meraih apa yang diinginkannya."[19]
1.7. Perintah untuk Membunuh Imam Husain As ketika Bergerak ke Arah Irak
Ya'qubi menuliskan, "Imam Husain As bergerak ke arah Irak, sementara Yazid mengangkat Ubaidillah bin Ziyad sebagai wali Irak. Kepada Ibnu Ziyad, Yazid menulis surat demikian, "Telah datang berita kepadaku bahwa warga Kufah menulis surat untuk Al-Husain (As) dan mengundangnya untuk datang kepada mereka dan kini dia telah bergerak dari Mekah ke arah Kufah … Jika engkau bisa membunuh Al-Husain (As), maka tidak ada persoalan, akan tetapi jika tidak, maka engkau akan aku kembalikan kepada keturunan ayahmu. Maka berhati-hatilah, karena waktu begitu cepat bergulir dan kesempatan akan segera hilang dari tanganmu."[20]
Dari nash (dalil tekstual) sejarah ini bisa disimpulkan dengan baik bahwa Yazid memberi tugas kepada Ubaidillah bin Ziyad untuk membunuh Imam Husain As dan apabila ia tidak melakukan tugas tersebut maka ia akan berada dalam posisi yang terancam.
1.8. Surat Ibnu Ziyad kepada Imam Husain bin Ali As
Ibnu A'tsam dan selainnya menukil bahwa Hurr bin Yazid dengan para pasukannya berhenti di hadapan Imam Husain As dan kafilahnya untuk menghalangi perjalanan beliau. Kemudian dalam suratnya kepada Ibnu Ziyad dia mengabarkan tentang kedatangan Imam Husain di tanah Karbala. Dalam jawaban atas surat Hurr ini Ibnu Ziyad juga menyertakan surat untuk Imam Husain As, yang berkata, "Amma ba'd, wahai Husain! Telah datang berita kepadaku akan kedatanganmu di tanah Karbala. Amirul Mukminin –Yazid- dalam suratnya kepadaku menulis supaya aku tidak bersandar pada apapun dan tidak mengenyangkan perutku dengan sepotong roti pun sehingga aku mengantarkanmu kepada-Nya atau mengembalikanmu kepada hukum-Nya atau hukum Yazid."[21]
Dari catatan sejarah ini bisa diketahui dengan baik bahwa Yazid menugaskan Ibnu Ziyad untuk membunuh Imam Husain As jika beliau tidak memberikan baiatnya.
1.9. Surat Ibnu Abbas kepada Yazid
Salah satu dari argumen yang menunjukkan adanya campur tangan dan intervensi Yazid dalam pembunuhan Imam Husain As adalah surat dari Ibnu Abbas yang ditulis untuk Yazid bin Muawiyah. Dalam suratnya, Ibnu Abbas sangat mencela perbuatan yang telah dilakukan oleh Yazid. Dalam sebagian dari suratnya tersebut Ibnu Abbas menuliskan, "Dari Abdullah bin Abbas kepada Yazid bin Muawiyah, amma ba'd … dan engkaulah yang telah membunuh Husain As dengan kedua tanganmu yang tersembunyi di dalam tanah, wahai yang tak berbapak! Jangan menyangka bahwa aku akan lupa bahwa engkaulah yang mengantarkan kesyahidan Husain As dan para pemuda Bani Abdul Muthalib yang merupakan penerang kegelapan dan kejora hidayah …"[22]
Dan Ibnu Abbas tak lain adalah seseorang yang menyalahkan dirinya sendiri sementara dia tidak melakukan sesuatupun dan tidak pula memiliki andil apapun di dalamnya.
1.10. Yazid dan Rasa Bangganya atas Terbunuhnya Imam Husain As
Ibnu Atsir menukil, "Kemudian Yazid memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengadakan sebuah pertemuan umum sehingga mereka bisa mendatangi dan bertatap muka dengannya, sementara kepala mulia Imam Husain As berada di hadapannya. Di kedua tangannya tergenggam sebuah kayu kecil yang ia pergunakan untuk menusuk-nusuk mempermainkan bibir dan gigi-gigi mulia Imam As. Lalu dia mulai pula melantunkan syair-syair Husain bin Hamam yang menampakkan kebanggaan dan kesombongannya dalam hal pembunuhan Imam Husain As".[23]
Jika Yazid tidak rela dengan kesyahidan dan terbunuhnya Imam Husain As, lalu kenapa dia memukul leher dan berdasarkan nukilan lain memukul gigi-gigi mulia Imam As? Dan kenapa ia melakukan hal ini dengan bangga dan bahkan menyertainya dengan lantunan syair-syair?
Suyuthi menulis, "Ketika Husain As dan putra-putra ayahnya terbunuh, Ibnu Ziyad mengirimkan kepala-kepala mereka kepada Yazid bin Muawiyah. Pada awalnya Yazid sangat gembira dengan terbunuhnya mereka, akan tetapi karena dia menyaksikan kaum Muslimin telah memusuhi dan membencinya karena persoalan ini, maka kegembiraannya ini dia sembunyikan di dalam dadanya dan ia menampakkan penyesalannya. Benar, masyarakat memang berhak untuk memusuhinya."[24]Sabath bin Jauzi menukil, "Ketika kepala mulia Husain As diletakkan di hadapan Yazid, ia mengundang para warga Syam dan mulai menyungkil-nyungkilkan kayu ke arah kepala Imam As. Lalu dia melantunkan syair-syair Ibnu Zab'ari yang kandungannya adalah, kami telah membunuh pembesar Bani Hasyim sebagai pengganti pembesar-pembesar kami yang telah terbunuh di perang Badar, dengan demikian telah terjadi keseimbangan dan keadilan."[25]
1.11. Kemuliaan Ibnu Ziyad di Sisi Yazid setelah Terbunuhnya Imam Husain As
Ibnu Atsir dalam kitabnya menuliskan, "Ketika kepala mulia Imam Husain As telah sampai di hadapan Yazid, Ibnu Ziyad mendapatkan kedudukan dan posisi yang tinggi di sisinya. Dia memberikan perhatian yang begitu banyak dengan memberikan berbagai hadiah kepadanya dan menampakkan kerelaan terhadapnya. Akan tetapi tak berapa lama kemudian datanglah berita kepadanya bahwa masyarakat begitu marah dengan perbuatan yang telah dilakukannya dan kini mereka tengah melaknatnya. Oleh karena itulah kemudian dia berusaha untuk menampakkan penyesalan atas kematian Husain As"[26]
Thabari menuliskan, "Ketika Ubaidillah bin Ziyad telah membunuh Husain bin Ali As dan putra-putra ayahnya, ia mengirimkan kepala-kepala mereka kepada Yazid bin Muawioyyah. Pada awalnya Yazid gembira dengan persoalan ini dan memberikan posisi dan kedudukan yang tinggi kepada Ubaidillah … "[27]
1.12. Pengakuan para Hadirin atas Capur Tangan Yazid
Thabari menukil, "Kemudian Yazid memberikan izin kepada masyarakat untuk menemuinya. Masyarakat memasuki Darul-Ammarah, sementara kepala mulia Imam Husain As terletak di hadapannya, Yazid menyungkil-nyungkil leher Husain As dengan kayu yang berada di tangannya … seseorang dari sahabat Rasulullah saw bernama Abu Barzah Aslami berkata kepada Yazid, "Apakah engkau tengah mencungkil leher Imam Husain As dengan kayu yang ada di tanganmu? Ketahuilah! Sebenarnya engkau telah memukulkan kayumu pada tempat dimana aku melihat Rasulullah saw senantiasa menciuminya. Wahai Yazid, pada hari kiamat engkau akan datang dengan Ibnu Ziyad sebagai penyelamatmu. Akan tetapi, Imam Husain As akan datang dengan Muhammad saw sebagai penyelamatnya." Setelah berkata demikian, dia bangkit, membelakangi Yazid dan meninggalkan majelis tersebut."[28]
1.13. Yazid dan Informasi Lengkap yang Dimilikinya tentang Tragedi Karbala
Dari catatan sejarah bisa diketahui bahwa Yazid mengetahui seluruh tindakan yang dilakukan oleh Ibnu Ziyad dalam kaitannya dengan pertempurannya dengan Imam Husain As.
Ibnu Atsir dalam kitabnya menuliskan, " Sesampai di kota Kufah Ibnu Ziyad memenjarakan para Ahlulbait Imam Husain As, lalu dia menyampaikan berita ini kepada Yazid … dan Yazid dalam surat balasannya kepada Ibnu Ziyad memerintahkan supaya ia mengirimkan para tawanan tersebut ke kota Syam …"[29]
Dari nash ini bisa disimpulkan bahwa Ibnu Ziyad sama sekali tidak akan melakukan tindakan apapun tanpa izin dari Yazid bin Muawiyah.
1.14. Pengakuan Putra Yazid atas Campur Tangan Ayahnya
Ya'qubi menukil dari Muawiyah bin Yazid bin Muawiyah, anak Yazid, bahwa setelah ia menduduki kursi kepemimpinan menggantikan posisi ayahnya, ia membacakan khutbahnya, … seusai mengucapkan pujian kepada Allah, ia berkata, " … ketahuilah bahwa kakekku Muawiyah bin Abi Sofyan telah berselisih dalam masalah kekalifahan dengan seseorang yang lebih layak darinya … kemudian ayahku memegang tampuk kekuasaan itu sementara dia tidak memiliki akhlak yang baik, oleh karena itulah dia berjalan di atas hawa nafsunya sendiri … ", setelah berkata demikian, dia mulai menangis, kemudian berkata, "Salah satu di antara persoalan yang paling berat bagi kami adalah bahwa kami mengetahui dia telah terjerat dengan musibah yang begitu berat dan kami juga mengetahui apa yang akan dihadapinya kelak. Dia adalah orang yang telah membunuh itrah dan keturunan Rasulullah saw, memubahkan kehormatan mereka dan membakar Ka'bah …"[30]
Dan ini merupakan nash paling baik yang menjadi bukti dan saksi atas campur tangan Yazid dalam tragedi kesyahidan Imam Husain As, karena tidak ada seorangpun yang lebih dekat dengannya selain anaknya.
1.15. Tiadanya Hukuman bagi Ibnu Ziyad
Jika terbunuhnya Imam Husain As bukan karena perintah dari Yazid, melainkan tindakan Ibnu Ziyad atas kemauannya sendiri –sebagaimana yang diklaimkan oleh sebagian yang menyatakan bahwa Yazid tidak rela dengan tindakan ini- maka, sudah seharusnya ia menampakkan pertentangannya atas perbuatan biadab yang dilakukan oleh Ibnu Ziyad ini lalu memberikan hukuman yang setimpal kepadanya. Bahkan, meskipun ia juga tidak rela dengan tindakan yang dilakukan oleh Imam Husain As yang tidak mau memberikan baiat kepadanya, namun karena -menurut pendapat sebagian- Ibnu Ziyad melakukan pembantaian tersebut tanpa meminta izin dari Yazid, maka seharusnya ia memberi hukuman yang berat kepadanya, karena ia telah menyimpang dari tugasnya dan tidak mengindahkan perintah dari pemerintahan pusat.Akan tetapi apa yang kita saksikan tidaklah demikian, Ibnu Ziyad bukan hanya tidak menerima hukuman yang berat dari Yazid bahkan ia malah mendapatkan dukungan dan menerima berbagai hadiah, hal ini secara sendirinya merupakan argumen bahwa seluruh perbuatan Ibnu Ziyad dilakukan dengan perintah langsung dari Yazid bin Muawiyah.
1.16. Ibnu Ziyad tetap Menduduki Jabatannya
Dari catatan sejarah bisa diketahui bahwa Yazid tetap mempertahankan kedudukan Ubaidillah bin Ziyad sebagai walikota Kufah. Dan hal ini menunjukkan kerelaannya atas perbuatan yang dilakukan oleh Ibnu Ziyad, jika tidak demikian, seharusnya dari awal dia telah memecatnya.
Ibnu Atsir menuliskan, "Berita tentang kematian Yazid bin Muawiyah pun sampai di telinga Ubaidillah bin Ziyad … masyarakat berkumpul untuk melakukan shalat ketika seruan untuk shalat jamaah terdengar, dan Ubaidillah naik ke atas mimbar lalu menyampaikan berita kematian Yazid kepada masyarakat."[31]
Dengan memperhatikan sanad ini bisa diketahui bahwa Ibnu Ziyad masih tetap menduduki jabatannya sebagai walikota Kufah hingga hari kematian Yazid. Seandainya Ibnu Ziyad melakukan segala tindakannya yang berkaitan dengan tragedi Karbala atas kemauannya sendiri dan tidak berada dalam kerelaan Yazid bin Muawiyah, maka secara pasti dari awal Yazid telah melepaskan jabatannya sebagaiman halnya ia memecat Nu'man bin Busyair dari jabatannya sebagai walikota Kufah dan Walid bin Uqbah dari jabatannya sebagai walikota Madinah dikarenakan ketidakrelaan Yazid kepada mereka.
1.17. Pengiriman Berbagai Hadiah untuk Ibnu Ziyad
Setelah syahadahnya Imam Husaian As, Yazid bin Muawiyah mengirimkan berbagai hadiah untuk Ibnu Ziyad, dan dia memberikan upah serta kedekatan yang khusus di sisinya.
Berikut adalah sebagian dari catatan-catatan yang bisa menjadi bukti akan hal tersebut:
1.Ibnu Atsir menuliskan, "Begitu kepala mulia Husain As sampai kepada Yazid, posisi dan kedudukan Ibnu Ziyad di sisi Yazid mendadak melambung tinggi dan ia menjadi tersanjung setelah apa yang dilakukannya, selain itu Yazid pun memberikan berbagai hadiah dan keuntungan-keuntungan yang lain kepadanya."[32]
2.Thabari menukil, "Setelah Ubaidillah bin Ziyad membunuh Husain bin Ali As dan para putra ayahnya, dia mengirimkan kepala-kepala mereka kepada Yazid bin Muawiyah. Pada awalnya Yazid terlihat sangat gembira dengan perbuatan ini dan Ubaidillah mendapatkan posisi dan kedudukan yang tinggi di sisinya …."[33]
1.18. Menghindarkan Diri dari Menghukum Ibnu Ziyad
Yazid bukan hanya tidak menghukum Ibnu Ziyad karena tindakannya membunuh Imam Husain As, bahkan dia malah menghindarkan diri dari menghukumnya.
Thabari dan selainnya menukil, "Ketika para tawanan diperhadapkan di depan Yazid, Yahya bin Hakam melantunkan dua bait syair untuk memaki dan mencela Ibnu Ziyad atas perbutannya ini … akan tetapi Yazid memukul dadanya dengan keras sambil berkata, "Diam kau!!"[34]
Gerakan Yazid ini dan pembelaannya yang luar biasa kepada Ibnu Ziyad bukan hanya merupakan dalil atas kerelaannya atas perbuatan Ibnu Ziyad bahkan merupakan persetujuannya atas hal tersebut dan pada hakikatnya kejahatan ini terjadi karena perintahnya.
1.19. Ibnu Ziyad, Sahabat Yazid
Mas'udi dan selainnya menukil bahwa, Yazid adalah orang senang bergembira …, suatu hari dia duduk di dalam sebuah majelis minuman keras sementara Ibnu Ziyad berada di sebelah kanannya, -dan hal ini terjadi setelah terbunuhnya Husain As- lalu kepada pembawa minuman ia berkata, "Berikan kepadaku minuman keras yang akan mengenyangkan seluruh wujudku, kemudian tuangkan dan kenyangkan pula Ibnu Ziyad dengannya. Karena dialah pemilik rahasia dan amanat di sisiku, dan karena ketegasan usahanyalah, sehingga aku berhasil seperti ini."[35]
Sabth bin Jauzi menuliskan, Yazid memanggil Ibnu Ziyad ke hadapannya, lalu ia memberikan harta benda yang begitu banyak dan mendekatkannya ke arahnya serta menaikkan kedudukan dan posisinya. Bahkan dia memasukkan perempuan-perempuannya dan bersama-sama meminum minuman keras dari satu gelas yang sama. Kemudian kepada penyanyi yang berada di dekatnya, Yazid mengatakan, "Maka perdengarkanlah kepadanya sebuah bait."[36]
Ibnu A'tsam menukil bahwa Yazid memberikan hadiah sebesar satu juta dirham kepada Ibnu Ziyad.[37]
1.20. Kewenangan untuk Memilih Salah Satu dari Dua Pilihan
Ibn Atsir dalam kitab Al-Kamal fi At-Tarikh menukil bahwa Ubaidillah bin Ziyad berkata kepada Musafir bin Syarih Yashkari, "… Sedangkan tindakanku membunuh Husain adalah dengan dua alasan, karena Yazid dengan isyarahnya memahamkan kepadaku bahwa aku harus membunuhnya atau aku sendiri yang akan terbunuh, dan aku memilih untuk membunuh Husain dari pada aku sendiri yang terbunuh."[38]
Ya'qubi menulis, Yazid pada suratnya kepada Ibnu Ziyad menuliskan, "Telah sampai sebuah berita kepadaku bahwa warga Kufah menulis surat untuk Husain supaya dia datang kepada mereka, dan sekarang ia telah keluar dari Mekah dan bergerak ke arah mereka. Saat ini, negaramu di antara negara-negara lainnya dan hari-harimu di antara hari-hari lainnya, tengah berada dalam ujian. Jika engkau bisa membunuhnya, maka tidak akan muncul sebuah persoalan pun, dan jika tidak, maka aku akan mengembalikanmu kepada nasab dan ayahmu Ubaid. Maka hati-hatilah karena kesempatan akan segera hilang dari genggaman tanganmu."[39]
1.21. Penegasan Imam Ali bin Al-Husain As-Sajjad As
Pada berbagai kesempatan, Imam Sajjad As menegaskan tentang posisi Yazid sebagai lakon pertama dalam tragedi pembunuhan tersebut:
1.Ketika Imam Sajjad dihadapkan ke dalam pertemuan umum yang diadakan oleh Yazid, dia berkata kepada Imam As, "Engkaukah anak dari orang yang dibunuh oleh Tuhan itu?!"
Imam Sajjad As bersabda, "Aku adalah Ali, putra dari orang yang telah engkau bunuh", lalu beliau melanjutkan perkataannya dengan membacakan ayat, "Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya" (Qs. An-Nisa: 93)"[40]
1.Demikian juga, Imam Sajjad As bersabda, "Wahai Yazid! Cukupkan dirimu dengan darah kami …"[41]
2.Ibnu A'tsam menuliskan, Imam Sajjad As bersabda kepada Yazid, "Jika engkau mengetahui apa yang telah engkau lakukan dan apa yang telah engkau kerjakan dalam hak ayahku, Ahlulbaitku, saudaraku dan paman-pamanku, maka engkau akan melarikan diri ke gunung-gunung dan akan melemparkan kerikil-kerikil ke arahmu sendiri, lalu menjerit dan berteriak. Bagaimana mungkin kepala Husain putra Fatimah dan Ali tergantung di gerbang kota sementara dia adalah amanat Allah di sisi kalian?!"[42]
Dan di kota Damisyq, dalam khutbahnya yang terkenal itu, Imam Sajjad bersabda kepada Yazid, "… Katakanlah kepadaku, Muhammad adalah kakekku ataukah kakekmu?! Jika engkau menyangka bahwa ia adalah kakekmu berarti engkau telah berbohong dan telah menjadi orang kafir, dan jika engkau mengatakan bahwa ia adalah kakekku, lalu kenapa engkau membunuh keturunannya?!"[43]
1.22. Persetujuan Yazid terhadap Pembunuhan Imam Husain As
Dengan memperhatikan berbagai sanad bisa diketahui bahwa Yazid memberikan persetujuannya atas pembunuhan terhadap Imam Husain As, oleh karena itulah ia sangat gembira dan bersenang hati ketika mendengar kematian Imam As. Sementara itu berdasarkan berbagai riwayat dikatakan, "Barang siapa rela dan setuju dengan perbuatan sebuah kaum maka ia akan tergolong seperti mereka", dan sekarang kami akan mengisyarahkan bukti-bukti dari hal ini:
1.Yazid bin Nu'man bin Busyair mengatakan, "Segala puji bagi Allah dengan terbunuhnya Husain As."[44]
2.Ya'qubi menuliskan, "Ketika berita tentang terbunuhnya Husain As sampai ke telinga Yazid, dia tengah berada di kebun khadhra-nya, pada saat itu juga dia langsung mengucapkan takbir dengan suara keras …"[45]
3.Dan begitu para tawanan sampai di kota Syam, Yazid mengundang para pembesar kota Syam untuk mendatanginya dan mengucapkan selamat kepadanya atas kemenangannya ini.[46]
4.Muqraizi dan selainnya menukil bahwa ketika kepala mulia Imam Husain As diletakkan di hadapan Yazid, dengan muka marah dia mulai memukul-mukul dan mempermainkan gigi-gigi Imam As dengan kayu kecil yang berada dalam genggaman tangannya sambil melantunkan sebuah syair …, setelah itu dia memerintahkan untuk menggantungkan kepala tersebut di atas pintu istana selama tiga hari.[47]
Dan berdasarkan nash yang lain, kepala mulia beliau digantungkan di Damisyq (Suria), setelah itu diletakkan di gudang senjatanya.[48]
1.Suyuthi menulis, "Allah melaknat pembunuh Husain As, Ibnu Ziyad dan Yazid"[49]
2.Telah ditanyakan dari Ibnu Jauzi tentang laknatan terhadap Yazid, dia berkata, "Ahmad memperbolehkan melaknatnya dan kami mengatakan, kami tidak menyukai Yazid, dengan alasan karena perbuatan yang telah dilakukannya terhadap putra dari putri Rasulullah saw, dan karena dia telah memenjarakan keluarga Rasulullah saw ke kota Syam dan menempatkan mereka di dalam kandang-kandang unta.[50]
3.Dzahabi mengatakan, "Yazid adalah orang yang keras hati, senantiasa menenggak minuman keras dan melakukan hal-hal yang menyimpang. Dia memulai pemerintahannya dengan membunuh Husain As dan mengakhirinya dengan tragedi Harrah.[51]
4.Ibnu Haldun tentang tragedi pembunuhan Imam Husain As menuliskan, "Sesungguhnya membunuh Husain As merupakan bagian dari perbuatan-perbuatan Yazid yang menjadi penegas akan kefasikan, kekufuran dan keboborokannya, sedangkan dalam tragedi ini Husain As telah mencapai maqam kesyahidannya di jalan Allah Swt."[52]
1.23. Kesesuaian Tindakan dengan Kepribadian Yazid
Dengan merujuk pada lembaran-lembaran sejarah dan menganalisa kepribadian Yazid membuktikan bahwa hal yang telah membuatnya tidak merasa gentar untuk membunuh Imam Husain As dan menganggap perbuatan tersebut merupakan sesuatu yang mudah untuk dilakukan adalah keburukan batinnya yang bersifat dzati.
Mas'udi menukil, "Yazid adalah orang senang bergembira dan bersuka ria, ia banyak memiliki budak-budak perempuan, anjing, monyet, macan dan orang-orang yang menemaninya untuk menenggak minuman keras. Dan setiap kali ia melakukan perbuatan buruk, maka perbuatan ini pun akan dilakukan pula oleh orang-orang terdekatnya. Pada masa kekhalifahannya, lagu dan nyanyian merebak di seputar Mekah dan Madinah, alat-alat musik dimanfaatkan di mana-mana, dan masyarakat menenggak minuman keras secara terang-terangan.[53]
Suatu hari sekelompok dari warga Madinah, di antaranya Abdurahman bin Hanzhalah dan para lelaki dari pembesar warga Madinah mendatangi Yazid bin Muawiyah, sesampai di hadapannya, Yazid menyambut dan menjamu mereka … ketika kembali ke Madinah mereka mulai mencela dan memaki Yazid dan mengungkapkan bahwa mereka baru saja datang dari seseorang yang tidak beragama, menawarkan minuman keras, memukul gendang, bermain dengan anjing-anjing dan mendengarkan lagu-lagu yang didendangkan oleh para penyanyi …"[54]
Umar bin Sabiah mengatakan, "Pada masa kehidupan ayahnya, Yazid melakukan ibadah haji, namun sesampai di Madinah yang dia lakukan hanyalah duduk-duduk di majelis minuman keras, menenggaknya dan melantunkan syair-syair …"[55]
Suyuthi mengatakan, "Alasan yang menyebabkan warga Madinah menarik kembali baiatnya untuk Yazid adalah karena ia keterlaluan dan berlebihan dalam berfoya-foya."[56]
1.24. Yazid dalam Perspektif Sebagian Ulama Ahlu Sunnah
Mayoritas ulama Ahlusunnahsangat mencela Yazid bin Muawiyah karena pembunuhan yang dilakukannya terhadap Imam Husaian As serta kejahatan-kejahatan lainnya, dan di antara para ulama tersebut adalah:
1.Alusi mengatakan, "Barang siapa yang berkata bahwa Yazid tidak melakukan perbuatan maksiat dengan tindakan yang dilakukannya tersebut dan tidak ada kebolehan untuk melaknatnya, maka ia harus diletakkan dalam barisan para sahabat Yazid."[57]
2.Ibnu Khaldun menuliskan, "Ibn Al-Arabi Maliki melakukan kesalahan dengan pernyataannya yang mengatakan bahwa Imam Husain As terbunuh oleh pedang kakeknya", setelah itu ia mengklaim kefasikan Yazid yang disepakati secara ijma'.[58]
3.Taftazani menuliskan, "Persetujuan dan kerelaan Yazid terhadap pembunuhan Imam Husain As, kegembiraannya atas perbuatan yang telah dilakukannya, dan pengkhianatannya terhadap Ahlulbait As merupakan hal yang mutawatir dari sisi makna, meskipun penjelasannya merupakan khabar yang ahad. Kami tidak berhenti pada posisi dan tingkatannya, melainkan pada ketidakberimanannya. Laknat Allah atasnya dan atas mereka yang telah membantunya."[59]
4.Jahizh mengatakan, "Di antara kejahatan yang dilakukan oleh Yazid bin Muawiyah, adalah: membunuh Husain As, memenjarakan para Ahlulbait sucinya, memukul gigi-gigi dan kepala mulia Imam As dengan kayu, menakut-nakuti para warga Madinah, dan merusak Ka'bah, seluruhnya menunjukkan ketercelaan, kerendahan, kerusakan, kesalahan, kenifakan dan keluarnya dia dari iman. Maka ia adalah fasik dan terlaknat, dan barang siapa menghindarkan diri dari melaknat dan mencelanya, maka sesungguhnya dia sendirilah yang telah terlaknat."[60]
5.Dr Thoha Husain salah seorang penulis yang berasal dari Mesir mengatakan, "Sekelompok orang menyangka bahwa Yazid terhindar dari tragedi pembunuhan Imam Husain As dan dosa dari perbuatan ini dia lemparkan ke pundak Ubaidillah, jika demikian kenapa ia tidak memaki dan mencela Ubaidillah? Kenapa ia tidak menghukumnya? Dan kenapa pula dia tidak melepaskannya dari jabatannya?"[61]
[1] . Ra's Husaian, hal. 207.
[2] . Ibid, hal. 206.
[3] . Minhaj As-Sinnah, jilid 2, hal. 226.
[4] . Su-al fi Yazid bin Muawiyah, hal. 16.
[5] . Tarikh Thabari, jilid 4, hal. 458; Kamal Ibnu Atsir, jilid 3, hal. 268; Al-Bidayah wa An-Nihayah, jilid 8, hal. 164.
[6] . Tarikh Thabari, jilid 4, hal. 285.
[7] . Tarikh Ya'qubi, jilid 2, hal. 241; Al-Futuh, jilid 5, hal. 10 dan 11.
[8] . Tarikh Thabari, jilid 4, hal. 250.
[9] . Rujuklah kitab-kitab: Tarikh Thabari, jilid 4, hal. 251; Kamal Ibnu Atsir, jilid 3, hal. 264; Al-Bidayah wa An-Nihayah, jilid 8, hal. 157 dan 158; Al-Akhbar Ath-Thuwal, hal. 228.
[10] . Ibid; Al-Muntazham, jilid 5, hal. 323; Al-Futuh, jilid 5, hal. 15 – 18.
[11] . Ibid.
[12] . Al-Futuh, Ibnu A'tsam, mujallid 3, juz 5, hal. 18.
[13] . Tarikhu Dimasyq, jilid 14, hal. 208.
[14] . Al-Futuh, Ibnu A'tsam, mujallid 3, juz 5, hal. 89.
[15] . Tarikh Al-Khulafa, hal. 193.
[16] . Al-Futuh, Ibnu A'tsam, mujallid 3, jilid 5, hal. 135.
[17] . Ibid, hal. 136.
[18] . Tadzkiratu Al-Khawash, hal. 290; Muruj Adz-Dzihab, jilid 3, hal. 67.
[19] . Tarikh Thabari, jilid 4, hal. 289; Kamal Ibnu Atsir, jilid 3, hal. 276.
[20] . Tarikh Ya'qubi, jilid 2, hal. 242; Mukhtashar Tarikhu Dimasyq, jilid 28, hal. 19.
[21] . Al-Futuh, Ibnu A'tsam, jilid 5, hal. 150; Maqtal Al-Husain, Kharzami, jilid 1, hal. 140.
[22] . Tarikh Ya'qubi, jilid 2, hal. 248; Kamal Ibnu Atsir, jilid 3, hal. 318.
[23] . Kamal Ibnu Atsir, jilid 3, hal. 298.
[24] . Tarikh Al-Khulafa, hal. 208.
[25] . Tadzkirah Al-Hawash, hal. 235.
[26] . Kamal Ibnu Atsir, jilid 3, hal. 300.
[27] . Tarikh Thabari, jilid 4, hal. 388 dan 389; Tadzkirah Al-Hawash, hal. 238.
[28] . Tarikh Thabari, jilid 4, hal. 356; Kamal Ibnu Atsir, jilid 3, hal. 298.
[29] . Kamal Ibnu Atsir, jilid 3, hal. 298; Tarikh Thabari jilid 4, hal. 254.
[30] . Tarikh Ya'qubi, jilid 2, hal. 254.
[31] . Kamal Ibnu Atsir, jilid 3, hal. 319 dan 320.
[32] . Kamal Ibnu Atsir, jilid 3, hal. 300; Tarikh Thabari, jilid 4, hal. 288; Tarikh Al-Khulafa, hal. 208; Al-Bidayah wa An-Nihayah, jilid 8, hal. 254; Kitab Al-Futuh, jilid 5, hal. 252.
[33] . Tarikh Thabari, jilid 4, hal. 288.
[34] . Kamal Ibnu Atsir, jilid 3, hal. 301; Tarikh Thabari, jilid 4, hal. 252; Al-Bidayah wa An-Nihayah, jilid 8, hal. 209.
[35] . Muruj Adz-Dzihab, jilid 3, hal. 77.
[36] . Tadzkiratu Al-Khawash, hal. 260.
[37] . Kitab Al-Futuh, jilid 5, hal. 252.
[38] . Al-Kamal Fi At-Tarikh, jilid 3, hal. 324.
[39] . Tarikh Ya'qubi, jilid 2, hal. 242.
[40] . Tadzkiratu Al-Khawash, hal. 63, dengan nukilan dari Ghazali.
[41] . Maqatil Ath-Thalibiyyin, hal. 120.
[42] . Al-Futuh, Ibnu A'tsam, mujallid 3, jilid 5, hal. 132.
[43] . Ibid, hal. 123; Maqtal Al-Husain As, Khawarazmi, jilid 2, hal. 242.
[44] . Maqtal Al-Husain As, Khawarazmi, jilid 2, hal. 59.
[45] . Tarikh Ya'qubi, jilid 2, hal. 222.
[46] . Al-Bidayah wa An-Nihayah, jilid 8, hal. 197; Siyaru A'lami Al-Nubala', jilid 3, hal. 309.
[47] . Al-Khathath, Muqraizi, jilid 2, hal. 289; Siyaru A'lami Al-Nubala', jilid 3, hal. 319.
[48] . Al-Bidayah wa An-Nihayah, jilid 8, hal. 222.
[49] . Tarikh Al-Khulafa, hal. 207.
[50] . Mar'ah Az-Zaman, jilid 8, hal. 496; Shawa'iq Al-Mahraqah, jilid 2, hal. 634.
[51] . Syadzra Adz-Dzihab, jilid 1, hal. 69.
[52] . Muqadime-ye Ibnu Khaldun, hal. 181.
[53] . Muruj Adz-Dzihab, jilid 3, hal. 77.
[54] . Tarikh Thabari, jilid 4, hal. 368; Kamal Ibnu Atsir, jilid 3, hal. 307; Al-Bidayah wa An-Nihayah, jilid 8, hal. 238.
[55] . Kamal Ibnu Atsir, jilid 3, hal. 317; Mukhtashar Tarikhu Dimasyq, jilid 28, hal. 24.
[56] . Tarikh Al-Khulafa, hal. 209.
[57] . Ruh Al-Ma'ani, jilid 26, hal. 73.
[58] . Muqadime-ye Ibnu Khaldun, hal. 254.
[59] . Syarh Aqaid Nasfiyah, hal. 181.
[60] . Rasail Jahizh, hal. 298.
[61] . Al-Fitnah Al-Kubra, jilid 2, hal. 265.
yang bunuh Hussein itu jelas-jelas Syiah Laknatullah alaihim koq masih blum percaya......
BalasHapusAllah swt lbih mgetahui siapa sbenarnya yg mbunuh saidina hussein.
BalasHapusAllah swt lbih mgetahui siapa sbenarnya yg mbunuh saidina hussein.
BalasHapus