Minggu, 10 Januari 2010

Surat Wasiat Politik Ilahiah Imam Khomeini (3)

Bismillahirrahmanirrahim

Nilai penting dari revolusi Islam yang agung ini - yang merupakan hasil perjuangan jutaan manusia yang mulia, ribuan syuhada yang abadi, dan orang-orang yang terluka- adalah keberadaan para ‘syuhada yang hidup' ini, hingga menjadi tumpuan harapan jutaan kaum muslimin dan kaum tertindas di seluruh dunia.

Nilai revolusi ini sedemikian agung hingga penilaian atasnya jauh melebihi kemampuan pena dan lidah. Saya, Ruhullah Musawi Khomeini, yang tidak akan putus asa atas kemuliaan Allah, meskipun saya telah melakukan banyak kesalahan; saya yang terlahir di jalan yang penuh bahaya namun saya selalu terikat kepada kemuliaan Zat Yang Maha Mulia; dan saya seorang santri yang hina, yang sebagaimana semua saudara-saudara seiman, memiliki harapan kepada revolusi dan kekekalan hasil revolusi ini hingga mencapai hasil yang lebih besar, dalam kesempatan ini menyampaikan sebuah wasiat kepada generasi yang ada sekarang, dan generasi masa depan yang mulia.
Saya menyampaikan hal-hal yang bisa jadi merupakan nasehat-nasehat pengulangan. Kepada Allah Yang Maha Pengasih, saya memohon agar dianugerahi keikhlasan niat dalam penyampaian wasiat ini.
(1) Kita mengetahui bahwa revolusi besar ini, yang telah memotong tangan para penguasa dunia dan para penzalim dari Iran yang besar ini, telah mencapai kemenangannya dengan bantuan gaib dari Allah. Jika bantuan dari Allah itu tidak ada, tidak akan mungkin masyarakat dengan jumlah sebanyak 36 juta ini, dengan segala kondisi faktualnya, mampu melakukan gerakan sedahsyat ini.
Kita semua tahu bahwa revolusi ini bergelora dan berhasil mencapai tujuannya pada saat segala propaganda anti Islam dan anti ulama, khususnya dalam seratus tahun terakhir, sedang sangat gencar dilancarkan musuh-musuh Islam. Musuh tidak pernah berhenti melakukan segala usaha pemecah-belahan yang dilakukan para penulis dan orator bayaran dalam media massa, pidato-pidato, pertemuan-pertemuan, serta perkumpulan yang anti Islam dan anti bangsa dalam bentuk nasionalisme. Mereka sangat aktif menggelar pertunjukan lagu-lagu bernilai rendah serta mendirikan berbagai pusat hiburan (yang menyebarkan) maksiat, judi, mabuk-mabukan, dan narkoba, yang semuanya adalah untuk mengajak generasi muda ke arah kemaksiatan dan ketidakpedulian atas segala tindakan para pengkhianat. Padahal, energi para pemuda itu seharusnya disalurkan untuk beraktivitas di jalan kemajuan bangsanya. Inilah kemaksiatan yang dipaksakan oleh Shah yang keji dan ayahnya yang tidak berbudaya, agar dilakukan oleh bangsa kita, dan inilah yang digelar oleh pemerintah, parlemen-seremonial, dan kedubes-kedubes negara-negara adidaya agar ditiru oleh bangsa kita.
Yang lebih buruk dari semua itu adalah situasi universitas, sekolah menengah, dan pusat-pusat pendidikan yang seharusnya menjadi tulang punggung kemajuan bangsa. Pengurusan lembaga-lembaga itu malah diserahkan kepada guru-guru dan dosen-dosen yang berorientasi ke Barat atau Timur; yang seratus persen menentang Islam dan budaya Islam, dengan membawa nama nasionalisme. Meskipun memang ada di antara mereka para pengajar yang merupakan orang-orang yang setia dan empati kepada Islam, namun jumlah mereka sangat sedikit, dan mereka ditempatkan di tempat kerja yang sempit sehingga tidak bisa melakukan perbuatan positif apapun.
Dengan semua masalah ini, dan puluhan masalah lainnya, tidaklah mungkin bangsa dengan kondisi seperti ini bisa sampai bersatu-padu melakukan revolusi. Tidak mungkin di seluruh penjuru negeri, bangsa ini dengan satu ide bersama-sama meneriakkan ‘Allahu Akbar'. Tidak mungkin bangsa ini secara menakjubkan mampu melawan semua kekuatan di dalam dan luar negeri sampai akhirnya mampu meraih pengurusan bangsa dalam genggaman tangan sendiri. Oleh karena itu, kita tidak boleh ragu lagi bahwa Revolusi Islam Iran berbeda dengan semua revolusi lainnya, baik dalam esensinya, kualitas perjuangannya, maupun dalam tujuannya. Tidak diragukan lagi, bahwa ini adalah sebuah hadiah yang jarang dianugerahkan oleh Ilahi kepada sembarang bangsa. Ini pastilah sebuah hadiah gaib yang diberikan Tuhan yang Maha Pemurah terhadap bangsa yang tertindas dan dirampok ini.
(2) Islam dan pemerintahan Islam merupakan fenomena Ilahiah; siapa saja yang melaksanakan Islam dan pemerintahan Islam, kebahagiaan anak-anaknya di dunia dan akhirat akan terjamin dalam bentuknya yang paling tinggi. Islam dan pemerintahan Islam memiliki kekuatan yang dapat menorehkan tinta merah terhadap para penindas, perampok, pelaku kejahatan, dan para agresor. Islam akan mengantarkan manusia ke arah kesempurnaan yang diinginkannya.
Islam dan pemerintahan Islam merupakan lembaga yang-berbeda dengan lembaga-lembaga lain yang tidak berasaskan ketauhidan-mencampuri dan memiliki konsep dalam setiap urusan individu maupun masyarakat. Islam dan pemerintahan Islam punya konsep terkait masalah-masalah material, spiritual, budaya, politik, militer, dan ekonomi. Ajaran ini sama sekali tidak mengabaikan, walau satu poinpun, perannya dalam mendidik manusia dan masyarakat ke arah kemajuan material dan spiritual, serta dalam upaya untuk menyelesaikan kesulitan-kesulitan mereka.
Kini, atas taufik dan bantuan Allah pemilik Republik Islam ini, dan dengan perjuangan bangsa yang beriman, Republik Islam telah berdiri. Jelas sekali bahwa yang mengemuka dalam pemerintahan Islam ini adalah Islam dan hukum-hukum Islam. Karena itu, bangsa besar Iran harus berjuang untuk mengejawantahkan Islam dan hukum Islam itu dalam semua dimensi. Islam harus dijaga dan dilindungi oleh bangsa ini. Menjaga Islam adalah kewajiban terbesar yang harus dilaksanakan oleh kaum muslimin, sebagaimana yang dulu dilakukan oleh para nabi agung, mulai dari Adam a.s. hingga Khatamul Anbiyaa' Muhamamd SAWW, dengan mengorbankan jiwa raga mereka. Tidak ada penghalang apapun yang mampu menahan mereka dalam melaksanakan kewajiban besar ini. Begitu pula, setelah mereka, para sahabat Rasul yang beriman, dan para Imam Maksum a.s., dengan segala daya upaya, bahkan hingga mengorbankan jiwa raga, telah berjuang menjaga Islam.
Hari ini, bangsa Iran khususnya, dan seluruh kaum muslimin pada umumnya, wajib untuk menjaga amanah Ilahi ini dengan seluruh kekuatannya; sebuah amanah suci yang di Iran secara resmi telah dideklarasikan dan dalam jangka waktu singkat berhasil mencapai hasil yang besar. Bangsa Iran wajib berusaha untuk memenuhi berbagai tuntutan demi keabadian amanah ini sekaligus menyingkirkan berbagai halangan dan masalahnya.
Saya berharap percikan cahaya Islam menyinari seluruh bangsa Islam. Kita semua tentu berharap semua pemerintahan dan bangsa Islam satu sama lain memiliki kesepahaman dalam masalah yang sangat vital ini dengan cara bersama-sama menyingkirkan untuk selama-lamanya tangan-tangan negara adidaya yang mengusai dunia, yaitu mereka yang selama ini menjadi pelaku kejahatan sejarah atas kaum tertindas dan terzalimi di dunia.
Saya, yang kini tengah menghirup nafas-nafas terakhir dari umur saya, atas dasar kewajiban saya untuk menjaga dan mempertahankan sebagian amanah Ilahiah, dan mengingat adanya berbagai rintangan dan ancaman terhadap Islam, saya akan menyampaikan beberapa hal berikut ini untuk generasi saat ini dan generasi masa depan, dan untuk itu, saya meminta pertolongan dari Allah Penguasa Alam bagi kita semua.
(a) Tidak diragukan lagi, kunci untuk mempertahankan revolusi Islam adalah kunci yang sama yang pernah digunakan untuk memenangkannya. Kunci kemenangan ini dikenali dengan baik oleh bangsa ini. Generasi yang akan datang akan membaca dalam sejarah bahwa ada dua prinsip utama dari kunci kemenangan itu. Pertama, tujuan Ilahiah dan maksud yang tinggi berupa pembentukan pemerintahan Islami yang mendasari gerakan bangsa ini, dan yang kedua, persatuan bangsa di seluruh penjuru negeri dengan persamaan kata untuk mencapai tujuan dan maksud itu.
Kepada semua generasi saat ini dan generasi yang akan datang, saya berwasiat, jika mereka menginginkan agar Islam dan pemerintahan Islam berdiri tegak dan mereka terus mampu memotong tangan para kolonialis dan eksploitator di dalam dan luar negeri, janganlah mereka sampai melepaskan tujuan Ilahiah ini, tujuan yang sebenarnya telah diperintahkan Allah dalam Al Quran. Ada sejumlah hal penting yang bisa dikategorikan sebagai fenomena melawan tujuan Ilahiah ini, yaitu berpecah belah dan bercerai-berai. Oleh karena itu, tidaklah aneh bila serangan propaganda di seluruh dunia dan kaki tangan mereka yang ada di dalam negeri, senantiasa mengerahkan seluruh kemampuan untuk menciptakan isu-isu dan kebohongan yang bertujuan untuk memecah-belah, dan untuk itu, mereka mau menghabiskan dana milyaran dolar.
Dari sini, bisa juga dipahami bahwa berbagai perjalanan dan kunjungan secara kontinyu dilakukan oleh para penentang Republik Islam ke kawasan Timur Tengah. Sayangnya, kita melihat bahwa ada di antara para penguasa dan pemerintahan negara-negara muslim yang mau bergabung dengan mereka. Mereka adalah para penguasa yang tidak memikirkan apapun kecuali kepentingan pribadi mereka sendiri dan dengan mata dan telinga tertutup, menyerah kepada AS. Sangat disayangkan juga ada sebagian orang yang menampilkan diri secara lahiriah sebagai ulama yang juga mau bergabung dengan para penentang Republik Islam ini.
Hari ini, dan di masa depan, hal yang harus dilakukan oleh bangsa Iran dan kaum muslimin dunia, dan hal tersebut harus diperhatikan, adalah menggagalkan propaganda yang bersifat memecah-belah itu. Nasehat saya kepada kaum muslimin, khususnya bangsa Iran, teristimewa kepada generasi masa kini, yang telah memberikan perlawanan kepada konspirasi ini, adalah meningkatkan perlawanan tersebut sehingga kaum kafir dan munafik menjadi putus asa. Peningkatan perlawanan itu harus dilakukan dengan kedisiplinan dan persatuan, serta dengan segala cara yang mungkin dilakukan,
(b) Di antara berbagai konspirasi penting yang terjadi dalam abad terakhir ini khususnya dalam dekade-dekade terakhir, dan khususnya pula setelah kemenangan revolusi Islam ini, adalah upaya menimbulkan rasa putus asa terhadap Islam di kalangan bangsa-bangsa, khususnya bangsa Iran yang telah banyak berkorban. Upaya dan propaganda dengan jelas dapat dilihat sebagai fenomena yang meluas dengan berbagai dimensinya.
Propaganda jenis pertama adalah propaganda yang bersifat amatir yang dengan terang-terangan menyatakan bahwa hukum Islam, yang diturunkan 1.400 yang lalu, tidak bisa digunakan untuk mengatur negara-negara pada zaman ini. Atau mereka menyatakan bahwa Islam adalah sebuah agama yang murni reaksioner. Agama ini dikatakan menentang semua penemuan baru dan manifestasi peradaban, padahal pada zaman kini, bangsa manapun tidak bisa mengasingkan diri dari peradaban dunia dan manifestasinya.

Propaganda jenis kedua adalah propaganda bodoh -dan pada saat yang sama, bersifat jahat-yang berupa dukungan kepada kesucian Islam dan menganggap Islam -dan agama-agama samawi lain-melulu berurusan dengan maknawiah, perbaikan jiwa, dan peringatan. Agama ini diturunkan agar manusia menjauh dari masalah duniawiah. Islam, menurut mereka, diturunkan agar manusia meninggalkan dunia dan sibuk dengan ibadah, zikir , dan doa-doa yang akan mendekatkan manusia kepada Tuhannya. Dalam propaganda seperti ini, pemerintahan, masalah politik, dan administrasi dianggap berlawanan dengan maksud dan tujuan besar dari agama, karena semua itu hanya untuk kepentingan dunia.
Sayangnya, propaganda seperti ini telah mempengaruhi sebagian ulama dan orang-orang saleh yang tidak memahami Islam, sehingga mereka bahkan berpendapat bahwa ikut campur dalam pemerintahan dan politik adalah sama dengan perbuatan dosa dan kefasikan. Pemahaman seperti ini merupakan bencana besar bagi Islam.
Kelompok yang mendukung propaganda jenis pertama, bisa disebut sebagai pihak yang bodoh -atau demi kepentingan pribadinya, bersikap tidak mau tahu-atas hakikat pemerintahan, hukum, dan politik. Sesungguhnya, pelaksanaan hukum itu berdasarkan standar keadilan dan dalam rangka mencegah berlangsungnya kezaliman dan pemerintahan yang despotik. Hukum dibuat agar tercipta keadilan bagi individu dan masyarakat. Hukum, politik, dan pemerintahan dibangun untuk mencegah kefasadan, kemungkaran, dan berbagai jenis penyimpangan. Dengan hukum, diharapkan akan terjamin kebebasan dengan standar akal, keadilan, kemerdekaan, dan independensi. Hukum dibuat agar imperialisme, kolonialisme, dan perbudakan bisa dicegah. Hukum adalah sarana bagi terealisasinya hudud , qishash , dan ta'dziraat. Semuanya dibangun di atas standar keadilan demi mencegah kefasadan dan kejahatan dalam masyarakat.

Dari sini, kita melihat bahwa politik, hukum, atau pengaturan masyarakat atas dasar akal sehat, keadilan, dan keseimbangan, juga ratusan masalah semacam ini lainnya, bukanlah hal-hal yang akan menjadi usang seiring dengan berlalunya zaman. Klaim yang menyatakan bahwa prinsip-prinsip itu ketinggalan zaman ini sama saja dengan mengatakan bahwa kaidah-kaidah logika dan matematika pada abad ini harus diubah dan digantikan dengan kaidah-kaidah lainnya; sama saja dengan mengatakan bahwa pada asal mula penciptaan, keadilan memang harus ditegakkan, namun karena sekarang adalah zaman nuklir, konsep keadilan sudah ketinggalan zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar