
Beliau berkata, "Perhatikanlah ibumu dan berbuat baiklah padanya, dan jika dia meninggal dunia, janganlah kau serahkan jenazahnya kepada orang lain dan engkau sendiri yang harus memandikan, mengafani, dan menguburkannya."
Ketika kembali dari Kufah dan berjumpa dengan ibunya, Zakariya berusaha menjalankan perintah Imam Ja'far al-Shadiq dan menampakkan kecintaannya yang sangat luar biasa kepada ibunya. Melihat perhatian putranya yang berlebihan itu, dia bertanya kepada Zakariya, "Anakku, saat masih dalam agama Nasrani, engkau tidak memperlakukanku seperti ini. Apa yang membuatmu begitu berkorban seperti ini?"
Zakariya berkata, "Imamku yang termasuk keturunan Rasulullah saw telah memerintahkanku untuk berkhidmat kepada ibu."
Ibunya bertanya, "Apakah orang ini nabi, sehingga berwasiat kepadamu seperti ini?"
Zakariya menjawab, "Kenabian telah berakhir pada Nabi Muhammad saw dan tidak ada lagi nabi setelah beliau; yang memerintahku itu adalah salah seorang di antara keturunannya dan salah seorang di antara imam-imam kami, kaum Syiah."
Ibu Zakariya berkata, "Putraku, Islam adalah sebaik-baik agama yang telah kau anut, karena itu ajarkanlah agama itu padaku agar aku bisa memeluk agama yang kau anut itu."
Zakariya menjelaskan dua kalimat syahadat dan meminta ibunya mengucapkan dua kalimat tersebut. Setelah itu, dia mengajarkan kepada ibunya seluruh keyakinan keagamaan serta tuntunan-tuntunan praktisnya.
Setelah menunaikan shalat Zuhur dan Asar, serta beberapa saat setelah menunaikan shalat Maghrib dan Isya, ibu Zakariya malam itu juga menghadapi sakaratul maut. Dalam kondisi itu, dia berkata kepada anaknya, "Ulangilah sekali lagi apa yang telah kau ajarkan padaku."
Zakariya menuruti kemauan ibunya hingga sang ibu menemui ajalnya. []
_____
Dikutip dari : Ahmad Mir Khalaf Zadeh & Qasim Mir Khalaf Zadeh, Kisah Ayah & Ibu, Qorina, Cetakan Pertama, Jakarta, 2005