Sabtu, 13 Februari 2010

Perspektif Rahbar Tentang Revolusi Islam

Tanggal 22 Bahman 1357 HS yang bertepatan dengan tanggal 11 Februari 1979, ‎sebuah revolusi besar yang bernafaskan Islam terjadi di Iran. Kemenangan revolusi ‎yang menggulingkan kekuasaan rezim monarkhi Syah Pahlevi ini telah mengubah ‎peta politik kawasan Timur Tengah bahkan dunia. Sejak zaman itu banyak pemikir ‎yang menyampaikan pandangan dan penilaiannya seputar revolusi Islam ini.
Ayatollah ‎Al-Udzma Khamenei yang kini duduk sebagai Pemimpin Besar Revolusi Islam adalah ‎salah satu tokoh yang mengulas berbagai sisi revolusi Islam Iran dari berbagai ‎aspeknya dengan sangat cermat dan jeli. ‎ Ayatollah Al-Udzma Khamenei adalah salah satu tokoh yang telah terlibat secara aktif ‎dalam gerakan kebangkitan Islam pimpinan Imam Khomeini (ra) sejak awal dimulainya ‎gerakan ini.
Pasca kemenangan revolusi, beliau mengemban tanggung jawab di ‎berbagai posisi penting. Setelah wafatnya Imam, mandat kepemimpinan revolusi Islam ‎diserahkan oleh Dewan Pakar Kepemimpinan kepada beliau. Karena itu, pandangan ‎Ayatollah Al-Udzma Khamenei tentang revolusi Islam Iran adalah pandangan yang ‎pasti mendalam dan menunjukkan hakikat sebenarnya dari revolusi ini.‎Pemimpin yang di Iran lazim disebut Rahbar ini menyebut revolusi Islam Iran sebagai ‎awal dari fase politik yang baru bagi sejarah Iran. Beliau mengatakan, "Kriteria khusus ‎yang ada pada revolusi Islam membuatnya menjadi fenomena tak ada bandingannya ‎dalam sejarah." Salah satu kriteria revolusi Islam Iran yang membedakannya dari ‎revolusi yang lain dalam sejarah adalah sisi keislamannya. Sejak awal, rakyat Iran ‎mengusung slogan-slogan keislaman dan menghendaki berdirinya pemerintahan ‎Islam di negeri ini. Rahbar mengatakan, "Slogan paling utama dalam gerakan revolusi ‎ini adalah slogan keislaman dan ikrar keloyalan bangsa ini kepada agama dan ajaran ‎Islam."‎Di saat-saat genting kala gerakan revolusi ini mencapai puncaknya, rakyat Iran terus ‎berjuang dengan memohon bantuan Allah Swt. Rahbar terkait hal ini menjelaskan, ‎‎"Revolusi Islam memiliki akar yang sangat dalam dan Allah selalu membantunya. ‎Saya berulang kali mendengar Imam Khomeini mengatakan bahwa sejak awal terlibat ‎gerakan kebangkitan ini beliau merasakan adanya tangan ilahi yang selalu memberi ‎pertolongan. Memang demikianlah, dan orang bisa menyaksikan tangan ilahi itu." ‎Meski demikian, Rahbar menggarisbawahi bahwa pertolongan ilahi akan didapat ‎selama kita tidak goyah dalam perjuangan.‎
MusikRevolusi Islam telah menghasilkan berdirinya pemerintahan Islam yang ‎gelombangnya mengimbas berbagai belahan lain dunia Islam. Revolusi ini meniupkan ‎kembali nafas Islam ke tubuh umat Islam. Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut ‎revolusi ini sebagai awal dari berkuasanya kembali nilai-nilai spiritual dan kebangkitan ‎dunia Islam. Beliau menyatakan bahwa hal pertama yang dilakukan Imam Khomeini ‎lewat revolusi ini adalah menghidupkan Islam kembali. Mengenai hal ini Rahbar ‎menuturkan, "Selama 200 tahun arogansi dunia berusaha melenyapkan Islam. Salah ‎seorang Perdana Menteri Inggris di sebuah forum pertemuan para pemimpin ‎imperialisme dunia mengajak untuk bersama-sama mengucilkan Islam di negara-‎negara Muslim. Sebab, mereka menyadari bahwa agama ini adalah penghalang ‎paling besar mereka. Imam Khomeini telah menghidupkan Islam dan ‎mengembalikannya ke pemikiran dan perilaku umat manusia dan pentas politik dunia."‎Rahbar menjelaskan peran bangsa Iran dalam mengenalkan kembali Islam kepada ‎dunia. Beliau mengatakan, "Dengan pengorbanan, kegigihan dan resistensinya dalam ‎menggenggam panji kemuliaan Islam bangsa Iran telah meniupkan semangat baru ‎dan optimisme ke tengah umat Islam. Kalian dapat menyaksikan sendiri hasil ‎optimisme itu di tengah Dunia Islam dan negara-negara Muslim."‎Kriteria lain dari revolusi Islam adalah kerakyatannya. Seiring dengan penekanan ‎terhadap sisi keislaman revolusi ini, Ayatollah Al-Udzma Khamenei juga memberi ‎penekanan pada sisi kerakyatannya. Menurut beliau, sisi kerakyatan revolusi Islam ‎Iran tidak bisa dipisahkan dari sisi keislamannya. Beliau menjelaskan, "Republik Islam ‎Iran yang berdiri berkat revolusi Islam, adalah kesatuan dengan dua dimensi, ‎keislaman dan kerakyatan. Islam adalah agama yang punya sisi kerakyatan, agama ‎sosial yang menggariskan tanggungjawab umum. Karena itu, sisi kerakyatan revolusi ‎ini muncul dari keislamannya." Rahbar menyebut rakyat sebagai pemilik revolusi yang ‎sesungguhnya seraya menegaskan bahwa tugas menjaga amanat ini ada di pundak ‎rakyat.‎Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam banyak kesempatan menyerukan persatuan ‎dan solidaritas yang merupakan kunci kemenangan revolusi. Kini untuk menjaga ‎kelestariannya, rakyat juga dituntut untuk terus menggalang dan mempertahankan ‎persatuan. Beliau menandaskan, "Semua pihak harus menjaga persatuan dengan ‎poros prinsip-prinsip utama revolusi, pemerintahan Islam dan wilayatul faqih. Ini ‎adalah poin yang paling penting. Jika persatuan dan solidaritas ini dipertahankan ‎seperti yang ada selama ini, pasti rakyat dan negara akan dapat mewujudkan semua ‎cita-cita revolusi."‎Ayatollah al-Udzma Khamenei adalah salah satu tokoh dunia Islam yang getol ‎menyuarakan persatuan Islam. Beliau mengatakan, "Salah satu pesan penting ‎revolusi kita adalah persatuan umat Islam. Di mana pun juga di dunia Islam kita selalu ‎menyampaikan pesan ini. Kita katakan, sikap saling hormat harus dijaga dan jangan ‎menghina kepercayaan masing-masing kelompok."‎Salah satu contoh sisi kerakyatan revolusi Islam ini adalah partisipasi masyarakat ‎dalam memilih pejabat negara. Partisipasi ini beliau sebut dengan istilah demokrasi ‎agama. Sejak awal kemenangan revolusi Islam, rakyat Iran telah terlibat secara aktif ‎dalam menentukan nasib bangsa dan negara. Sudah puluhan referendum dan ‎pemilihan umum yang diikuti oleh rakyat Iran sejak kemenangan revolusi Islam. ‎Rahbar menyatakan bahwa revolusi inilah yang menghadiahkan demokrasi Islam ‎kepada rakyat. Beliau menambahkan bahwa demokrasi agama hanya ada dalam ‎agama Islam. ‎Pemimpin Besar Revolusi Islam menerangkan adanya perbedaan mendasar antara ‎demokrasi agama yang dikenalkan oleh Islam dengan demokrasi ala Barat. Beliau ‎menjelaskan, demokrasi agama adalah model demokrasi paling ideal di dunia, sebab ‎demokrasi ini sejalan dengan hukum dan petunjuk ilahi. Rakyat punya hak memilih ‎tapi pemilihan itu ada di dalam kerangka hukum Allah yang tanpa cela dan ‎kekurangan. Pemilihan seperti inilah yang akan membimbing ke arah yang benar.‎Kelebihan lain yang ada pada revolusi Islam Iran adalah dimensi spiritualnya yang ‎kental dan menyatu dalam pengelolaan negara. Dalam penjelasannya beliau ‎menyebutkan bahwa dalam kamus politik Imam Khomeini, spiritualitas menyatu ‎dengan politik. Dengan kata lain, agama tak terpisahkan dari politik. Dalam masa ‎perjuangan dulu, sisi terpenting dari perilaku perjuangan Imam adalah sisi spiritualnya. ‎Imam Khomeini selalu menyesuaikan setiap langkah dan sikapnya dengan perintah ‎Allah dan spiritualitas.‎Masalah spiritualitas jika dijunjung tinggi oleh para pengelola negara akan membuat ‎mereka melupakan sisi materi dan mencegah dari ambisi duniawi. Kerakusan kepada ‎pangkat dan harta tak lagi menyilaukan mata mereka. Rahbar mengatakan, "Sudah ‎menjadi hal yang wajar di dunia, jika seorang pemimpin mempunyai sifat yang khas ‎seperti kesombongan, kemewahan, glamorisme, egoisme dan semisalnya. Namun ‎Imam Khomeini menampilkan wajah yang lain, bahwa seorang pemimpin yang dicintai ‎oleh bangsanya dan umat Islam di seluruh dunia bisa hidup dengan kezuhudan."‎Keadilan sosial adalah salah satu ajaran terpenting dalam Islam. Dengan alasan inilah ‎revolusi Islam Iran menaruh perhatian yang sangat besar terhadap keadilan. Ayatollah ‎al-Udzma Khamenei menyebut keadilan sebagai slogan utama gerakan revolusi Islam. ‎Beliau menegaskan, "Keadilan dan upaya mengikis kesenjangan sosial harus menjadi ‎prioritas dalam perumusan undang-undang dan pelaksanaan."‎Kriteria lain yang menambah keistimewaan revolusi Islam Iran adalah upayanya ‎mengembalikan kehormatan umat Islam. Kehormatan ini didapat lewat berbagai cara ‎diantaranya dengan moqawamah dan melawan para arogan dan kaum zalim. ‎Revolusi Islam telah mensosialisasikan budaya moqawamah dan kebangkitan Islam. ‎Gerakan moqawama di Lebanon dan Palestina yang membanggakan dan berhasil ‎melumpuhkan mesin-mesin perang rezim Zionis terilhami oleh revolusi Islam Iran. ‎Rahbar mengatakan, "Hari ini, di banyak negara, Islam menjadi idola kaum muda ‎yang tercerahkan. Salah satu contohnya adalah Palestina. Isu Palestina sudah ‎diangkat sejak dahulu dan ada gerakan perjuangan untuk membebaskan Palestina ‎namun selalu kandas. Kini bangsa Palestina bangkit berjuang atas nama Islam."‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar