
Banyak dari kita juga mungkin tidak asing dengan kisah terkenal dari imam keenam, ketika Sahal bin Hasan Al-Khurasani, pengikut Ahlulbait, bertanya pada imam mengapa beliau tidak bangkit melawan rezim korup pada masa itu padahal ia memiliki banyak Syiah yang ingin melawan di Khurasan.
Dalam merespon Sahal, Imam Shadiq memanaskan sebuah oven di dalam rumahnya dan berkata, “Hai Sahal, masuklah ke dalam oven dan duduk.”
Sahal Al-Khurasani mulai berkeringat dan dengan gugup berkata, “Wahai tuan, putra Rasulullah! Jangan hukum aku dengan api, dan permudahlah bagiku!”
Pada saat yang sama, Harun Al-Makki, pengikut Imam yang lain, memasuki ruangan. Setelah menyampaikan salam kepada Imam Shadiq, Haru juga diperintahkan untuk melepaskan sepatunya dan duduk di dalam oven. Ia langsung melakukannya tanpa keberatan dan menutup pintu oven.
Imam langsung menanyakan tentang kesehatan Sahal, dan berbicara kepadanya seolah-olah tidak terjadi apapun. Setelah berselang, Imam menyuruhnya untuk memeriksa di dalam oven. Sahal sangat kaget karena mendapati Harun Al-Makki duduk bersila dipusat bara api, bagaikan bunga segar, membolak-balik tasbih suci Sayidah Fatimah Az-Zahra as.
Setelah melihat ekspresi Sahal, Imam bertanya, “Berapa banyak orang yang Anda tahu seperti dia di Khurasan?” Sahal menjawab, “Demi Allah, tidak satupun.”
Jika Imam Mahdi akan muncul untuk kedua kalinya besok, akankah kita segera mematuhi setiap perintahnya tanpa sedikitpun keraguan? Atau kita dengan mudah mengucapkan di bibir, tapi ketika tiba saatnya menjalankan perintah, kita malu dan pergi?
Ketika saya melihat jilatan api di oven batu restoran Arz Lebanon, melihat keju dan zaatar fatayer perlahan terbakar, saya berpikir tentang apa yang akan saya lakukan jika Imam datang kepada saya dan berkata, “Hai Mohamed, majulah ke oven dan duduk.”
Percaya adalah satu hal, tapi beriman adalah hal lain. Iman dan kepercayaan harus bangkit bersamaan dalam persatuan jika kita ingin melabuhkan pikiran berdiri untuk kebenaran bersama Imam Muntazar.
Mari kita berusaha untuk menjadi seperti Harun Al-Makki, yang imannya tak tergoyahkan dan dilengkapi dengan keyakinan dan kepastian tentang jalan yang lurus.
Oleh: Mohamed Suleman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar