“Ketika Muhammad Al-Baqir (sa) ditanyai tentang keutamaan malam Nishfu Sya’ban, beliau berkata: ‘Malam Nishfu Sya’ban adalah malam yang paling utama setelah Laylatul Qadar; pada malam ini Allah menganugerahkan karunia-Nya dan mengampuni mereka dengan anugerah-Nya, maka bersungguh-sungguhlah kamu dalam bertaqarrub kepada Allah pada malam ini. Karena malam ini adalah malam Allah bersumpah dengan diri-Nya untuk tidak menolak permohonan orang yang memohon selama ia tidak memohon kemaksiatan. Allah menjadikan malam ini sebagai malam kami Ahlul bayt sebagaimana Dia menjadikan Laylatul-Qadar sebagai malam Nabi kita, karena itu hendaknya kamu bersungguh-sungguh dalam berdoa dan memuji Allah swt’.”
Di antara keagungan dan keberkahan malam Nishfu Sya’ban adalah malam kelahiran Imam Mahdi (sa), yaitu waktu dini hari tahun 255 H. (Mafâtihul Jinan, bab 2: 165)
Ayah Ali bin Fadhal berkata: Aku pernah bertanya kepada Imam Ali Ar-Ridha (sa) tentang malam Nishfu Sya’ban. Beliau berkata: “Malam Nishfu Sya’ban adalah malam adalah malam Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka dan mengampuni dosa-dosanya.” Aku bertanya lagi: Apakah memperbanyak shalat sunnah di dalamnya lebih baik dari malam-malan yang lain? Beliau berkata: “Di dalamnya tidak ada sesuatu yang harus menjadi beban, tetapi jika kamu ingin melakukan sesuatu, maka hendaknya melakukan shalat Ja’far Ath-Thayyar (shalat tasbih), dan memperbanyak zikir kepada Allah azza wa jalla, istighfar dan doa. Karena ayahku berkata: ‘Doa di dalamnya mustajabah.” (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 45)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Ali bin Abi Thalib (sa) benar-benar mengosongkan dirinya di empat malam dalam satu tahun: Malam pertama bulan Rajab, malam Idul Adhha, malam Idul Fitri, dan malam nishfu Sya’ban.”
Hadis ini bersumber dari Ahmad bin Idris dari Muhammad bin Yahya, dari Abu Ja’far Ahmad bin Abdullah dari ayahnya, dari Wahhab bin Wahhab, dari Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa). (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 46)
Aisyah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
Pada malam ini (malam nishfu Sya’ban) kekasihku Jibril datang padaku dan berkata: wahai Muhammad, perintahkan kepada umatmu jika telah datang malam nishfu Sya’ban, hendaknya ia melakukan shalat sepuluh rakaat, setiap rakaat membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlash (10 kali). Kemudian sujud sambil membaca:
Ya Allah, kepada-Mu sujud watakku, hatiku dan pikiranku, wahai Yang Maha Agung dari semua yang agung. Ampuni dosaku yang besar, karena tidak ada yang dapat mengampuninya selain-Mu wahai Yang Maha Agung.
Jika ia telah melakukannya, Allah menghapus tujuh puluh dua ribu keburukannya, mencatat baginya tujuh puluh dua ribu kebaikan, dan menghapus tujuh puluh ribu keburukan kedua orang tuanya.” (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 65)
Perkataan Ulama tentang Syi’ah Rafidhah
BalasHapusAsy-Syaikh Dr. Ibrahim Ar-Ruhaili di dlm kitab Al-Intishar Lish Shahbi Wal Aal menukilkan sekian banyak perkataan para ulama tentang mereka. Namun dikarenakan sangat sempit ruang rubrik ini mk hanya bisa ternukil sebagian saja.
1. Al-Imam ‘Amir Asy-Sya’bi berkata: “Aku tdk pernah melihat kaum yg lbh dungu dari Syi’ah.”
2. Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri ketika dita tentang seorang yg mencela Abu Bakr dan ‘Umar beliau berkata: “Ia telah kafir kepada Allah.” Kemudian ditanya: “Apakah kita menshalati ?” Beliau berkata: “Tidak tiada kehormatan .”
3. Al-Imam Malik dan Al-Imam Asy-Syafi’i telah disebut di atas.
4. Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Aku tdk melihat dia itu orang Islam.”
5. Al-Imam Al-Bukhari berkata: “Bagiku sama saja apakah aku shalat di belakang Jahmi dan Rafidhi atau di belakang Yahudi dan Nashara . Mereka tdk boleh diberi salam tdk dikunjungi ketika sakit tdk dinikahkan tdk dijadikan saksi dan tdk dimakan sembelihan mereka.”
6. Al-Imam Abu Zur’ah Ar-Razi berkata: “Jika engkau melihat orang yg mencela salah satu dari shahabat Rasulullah mk ketahuilah bahwa ia seorang zindiq. Yang demikian itu krn Rasul bagi kita haq dan Al Qur’an haq dan sesungguh yg menyampaikan Al Qur’an dan As Sunnah adl para shahabat Rasulullah . Sungguh mereka mencela para saksi kita dgn tujuan utk meniadakan Al Qur’an dan As Sunnah. Mereka lbh pantas utk dicela dan mereka adl zanadiqah.”
Demikianlah selayang pandang tentang Syi’ah Rafidhah mudah-mudahan bisa menjadi pelita dlm kegelapan dan embun penyejuk bagi pencari kebenaranAmin.
Sumber: www.asysyariah.com